Jumat, 07 Oktober 2016

*Uswahlah Ruhnya*




Kita tidak bisa memilih dari orang tua seperti apakah kita dulu terlahir, tapi kita bisa memilih untuk menjadi apa kelak di kemudian hari. Pilihan itu selalu terbuka. Dan keberanian untuk memilih itulah yang akan menentukan kualitas seseorang. Itulah yang dilakukan oleh seorang tabi'in berikut.
Terlahir di Madinah. Ayah ibunya merupakan budak belian. Ayahnya bernama Yasaar, budak kesayangan dari shahabat Zaid bin Tsabit. Sementara ibunya, Khairah, budak dari istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, yaitu Ummu Salamah. Keduanya kemudian dimerdekakan.
Namanya adalah Hasan bin Yasaar, seorang tabiin yang pernah disusui oleh Ibunda kita, Ummu Salamah. Biar tidak asing, mari saya perkenalkan nama 'beken' nya. Hasan Al-Bashri, yang disandarkan pada kota Bashrah, tempat beliau menetap sejak usianya 14 tahun. Pernah denger namanya?
Beliau seorang yang sangat zuhud, dan pemberani. Seorang ulama besar dan ahli fiqih yang langsung belajar kepada Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhu. Beliau seorang yang serasi antara lisan dengan perbuatan. Beliau selalu mempraktekkan sendiri terlebih dahulu sebelum menasihati orang lain. Maka, orang-orang pun selalu menuruti kebaikan yang diserukan olehnya. Mereka percaya.
Kita lihat salah satu contohnya adalah ketika suatu waktu, datang beberapa orang budak kepada Hasan Al-Bashri. "Wahai Imam," kata Mereka, "tolong berilah nasihat kepada para majikan kami agar mereka memerdekakan kami, atau berbuat baik terhadap kami. Kami tidak kuat jika harus bekerja terus seperti ini setiap waktu." Mereka terus meminta dengan memohon.
"Baiklah, akan kulakukan." Ujarnys. Beliau tahu bagaimana rasanya menjadi budak karena kedua orang tuanya dulu juga bekas budak.
Pada hari jumatnya, beliau tidak langsung menyinggung hal tersebut dalam khutbah jumat. Pekan kedua juga sama. Pekan ketiga beliau lagi-lagi juga. Setelah lewat sebulan barulah beliau menyampaikan nasihatnya pada sebuah khutbah jumat. Beliau sampaikan kepada kaum muslimin agar berlaku baik kepada para budak. Beliau anjurkan mereka untuk memerdekakannya, juga beliau sebutkan keutamaan-keutamaannya. Belumlah sampai maghrib tiba, ternyata semua budak yang kemarin mengadu telah dimerdekakan oleh majikannya.
Mereka pun datang lagi kepada Hasan Al-Bashri, "Jazaakallahu khoiron, semoga Allah membalasmu dengan kebaikan, wahai Imam." Salah seorang dari mereka berujar, "engkau telah menyampaikannya, tapi kenapa lama sekali, dan baru sekarang kau lakukan?"
"Tolong maafkan aku atas keterlambatanku," Sambung beliau, "aku tidak mempunyai cukup uang untuk membeli budak, dan baru di akhir bulan ini, setelah aku bekerja keras, aku mampu membeli seorang budak yang kemudian aku merdekakan."
Beginilah yang dilakukan oleh Imam Hasan Al-Bashri. Beliau memberikan keteladanan terlebih dahulu sebelum menasihati. Maka, ketika ia memberikan untaian hikmahnya. Berbondong-bondonglah kaum muslimin mengikuti seruannya. Masya Allah.
Oleh karenanya, mari selalu kita ingat bahwa ruh dari dakwah ini adalah uswah. Penggeraknya adalah keteladanan. Maka sebuah ajakan kebaikan akan mampu menyentuh hati seseorang setelah adanya contoh, dengan izin Allah. Inilah yang diteladankan pula oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Semoga kita pun juga demikian. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar