Jumat, 07 Oktober 2016

*Muharram, Yang Pertama nan Istimewa*

Oleh: Humamuddin


Yang muncul pertama, itulah biasanya yang akan paling dikenal. Kalau Anda tinggal di desa, atau di kota pun juga sama kayaknya, banyak orang menyebut air minum dalam kemasan dengan sebutan Aqua, atau deterjen dengan sebutan Rinso, padahal banyak merk selainnya. "Oya, jangan lupa beli Sarimi ya!" padahal yang dimaksud mie instan. Sering gak? hehe.. ya karena nama2 tersebutlah yang pertama ada, maka tak heran jika yang pertamalah yang lebih diingat. Yang pertama itu istimewa.
Muharram adalah yang pertama dari 12 bulan hijriyyah. Tapi penyebab istimewanya bukan hanya karena kemunculannya yang pertama. Dalam musyawarah kala itu, para shahabat berijma' menentukan Muharram sebagai awal bulan hijriyah dengan berbagai pertimbangan. Sahabat Utsman dan Umar mengusulkannya karena pada bulan Muharram kaum muslimin telah selesai dari ibadah besar yaitu haji. Ibnu hajar rahimahullah menyatakan alasan lainnya dalam Fathul Bari, yaitu karena tekad untuk berhijrah itu dimulai pada bulan Muharram, dan hijrah ke Madinah sendiri terjadi di akhir bulan Shafar.
Muharram juga memiliki keistimewaan lain, ianya merupakan salah satu dari 4 bulan Haram yang mulia (dzulhijjah, dzulqo'dah, muharram, dan rajab) sebagaimana ditegaskan Allah dalam surat At-Taubah ayat 36. Di bulan-bulan Haram tersebut diharamkan peperangan di dalamnya kecuali jika diserang terlebih dahulu. "Kemudian Allah menjadikannya bulan-bulan haram," lanjut Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu dalam Tafsir Ibnu Hatim, "Allah membesarkan hal-hal yang diharamkan di dalamnya, menjadikan perbuatan dosa di dalamnya lebih besar dan menjadikan amalan sholeh dan pahala juga lebih besar di dalamnya."
Bahkan saking istimewanya Muharram, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyebutnya sebagai syahrullah (bulan Allah), dan para ulama menyebutnya sebagai syahrullah al-asham (bulan Allah yang sunyi), dimana memang disunnahkan memperbanyak ketaatan di dalamnya, salah satunya adalah melalui puasa Asyura' tanggal 10 Muharram yang dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu sebagaiman termaktub dalam hadits riwayat Muslim. Dianjurkan pula puasa pada tanggal 9 Muharram untuk menyelisihi orang Yahudi dan Nasrani yang juga berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Maka supaya tidak menyerupai mereka, dianjurkan juga berpuasa tanggal 9 Muharram. Dan Nabi pun pernah berkeinginan untuk berpuasa pada tanggal 9 Muharram, tapi belumlah sampai pada tahun berikutnya, beliau shallallahu 'alaihi wasallam sudah meninggal dunia. Bahkan puasa di bulan Muharram merupakan puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan, sebagaimana disebutkan dalam riwayat Muslim, "Seutama-utama puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, Muharram."
Terlepas dari berbagai keutamaan bulan Muharram menurut syariat islam. Sampai saat ini, masih ada anggapan beredar di masyarakat kita, khususnya di Jawa, bahwa bulan Muharrom atau bulan Suro ini adalah bulan keramat, penuh mistik. Biasanya mereka mengadakan upacara memandikan keris, bahkan ada yang sampai tidak berani mengadakan walimatul ursy atau pernikahan di bulan ini karena takut sial dan seterusnya, tentu yang seperti ini tidaklah benar. Lain lagi dengab orang-orang syi'ah, mereka menganggap bulan Muharram sebagai bulan peratapan atas kematian Husain bin Ali radhiyallahu anhu, maka tak heran kalau orang2 syiah melukai punggung mereka dengan pedang, para perempuannya memukul-mukul tubuh mereka, dan menyobek-nyobek baju, dan seterusnya sebagai bentuk peringatan atas kematian Husain katanya..
Nah, bagi kita sebagai umat islam, bulan Muharram sejatinya adalah bulan ketaatan. Ianya adalah bulan introspeksi dan perbaikan diri karena kita tahu bahwa ianya memiliki berbagai keistimewaan. Mudah-mudahan kita bisa mengawali tahun baru hijriyyah kali ini dengan ketaatan dan semangat baru. Semangat perbaikan dan perjuangan. Semoga keberkahan selalu menyertai kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar