Jumat, 24 Juni 2016

Pernah Ada Masa-Masa.. (Dedicated To Metaorphosa7)



Masa-masa itu adalah masa yang sulit bagi seorang Umar bin Khattab, hingga tersebutlah dalam sejarah sebutan Tahun Abu. Bagaimana tidak? Paceklik berkepanjangan tengah melanda Madinah saat itu. Penduduknya mengalami kelaparan dimana-mana. Tetumbuhan tampak layu dan mengering. Tetanaman gagal panen. Persediaan gandum di pasar-pasar menipis. Binatang ternak tampak kurus kering, menyedihkan, sebagiannya justru mati kelaparan. Tanah seakan menghitam, kering, tampak seperti abu.

Umar tentu tidak tinggal diam melihat keadaan seperti ini. Berkali-kali ia menyembelih unta sedekah agar dagingnya bisa dibagi-bagi kepada penduduk Madinah. Ia kelilingi rumah demi rumah tiap malam untuk memastikan tidak ada anggota keluarga bermalam dalam keadaan lapar. Umar yang terbiasa makan dengan daging, minyak samin, dan gandum rela untuk makan sekadarnya hanya untuk memastikan tidak ada rakyatnya yang menahan perutnya karena lapar. Melihat kepedihan dan kesulitan yang dirasakan oleh rakyatnya, Umar sangat khawatir jika rakyatnya binasa bersebab kepemimpinannya maka ia berdoa kepada Allah dengan penuh tunduk. “Ya Allah, Jangan jadikan kehancuran umat Muhammad berada di tanganku.”

Satu hal yang cukup mengeherakan saat itu. Walaupun Madinah tengah dilanda kekeringan dan kelaparan yag sangat dahsyat. Tidak satupun kaum muslmin yang berebut bahan makanan sebagai pengganjal perut. Justru dari sedikit yang masih mereka punyai, masing-masing berusaha berbagi dengan yang lain. Masya Allah... Inilah gambaran kasih sayang karena iman!

Masa-masa seperti itu pasti lah pernah datang menghampiri kita. Masa-masa yang menjadi pembuktian iman. Masa-masa pelatihan ketegaran dan kesabaran. Masa-masa sulit itulah yang menguji semangat dan tawakal kita. Masa-masa itu pasti akan menyapa, tidak akan sama memang skenarionya, tapi mesti mirip-mirip karena Ianya adalah sunnatullah.

“Dan sungguh akan Kami berikan ujian kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqoroh: 155)

Pun, kekahawatiran kita terhadap Metamorphosa kali ini adalah salah satu bentuk ujian. Inilah masa-masa itu, walaupun sangat jauh bandingannya dibandingkan cobaan yang pernah menimpa para pendahulu kita yang benar dalam imannya, “...Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "kapankah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”

Ya Allah, Jauh sekali masih!

Ikhwah fillah, Kita masih punya 5 hari lagi. Sangat mudah bukan bagi Allah untuk membuat segalanya terjadi. Bukankah tidak ada yang mustahil bagi-Nya? Tapi tentu itu tidak serta merta muncul tiba-tiba bukan? Mungkin masa-masa ini kita hanya perlu berusaha ‘sedikit’ lebih keras. Mencurahkan usaha ‘sedikit’ lebih banyak. Dan memusatkan perhatian kita ‘sedikit’ lebih ekstra lagi. Lalu pada akhirnya bertawakkal, memasrahkan segalanya pada-Nya. Kita tidak pernah tahu lewat apa dan bagaimana Allah akan membuka pintu-pintu pertolongannya buka? Yang jelas, kita hanya perlu mengusahakan sebab-sebabnya. Mari kita sempurnakan ikhtiar kita, dan biarkan Allah yang menggenapkan ketentuan-Nya untuk kita! Insya Allah..

Ya Allah, Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.

Ya Allah, kami memohon kepada-Mu yang terbaik dari sisi-Mu.. Aamiin

Bukan Gelapnya Malam, Tapi Redupnya Cahayamu



"Ketika kegelapan semakin menampakkan pekatnya, hingga hanya menyisakan cahayamu seorang diri. Cobalah tengok sekelilingmu. Bisa jadi bukan pekatnya gelap yang membuat cahayamu kurang benderang. Tapi cahayamu sendirilah yang ternyata mulai redup dan melemah."

Ketika kemaksiatan merajalela di sekitarmu, dan kau merasa sulit untuk mengubahnya. Coba cek bagaimana amal yaumimu, nafilahmu, dan tahajudmu. Apakah masih banyak berlubang? Bisa jadi, lubang-lubang itulah yang membuat seruanmu tidak merasuk kuat dalam jiwa.

Sebenderang apa cahayamu, berbanding lurus dengan sekuat apa kedekatanmu dengan-Nya.

Yang Tertarik itu Menarik




"Kenapa saya memperhatikan nama dan menaruh perhatian besar untuk sebuah nama? Ya karena nama.. ia dalah barang terindah bagi pemiliknya, maka panggillah seseorang sesuai dengan yang disukainya

Dalam buku 'Winning The People, disebutkan bahwa kunci untuk merebut hati seseorang adalah dengan memberikan perhatian ekstra ketika bertemu kali pertama, hafalkan nama dan panggil seseorang dengan namanya, dan memberikan ketertarikan pada pembicaraannya. Kalau Anda bisa melakukan 3 hal ini, saya jamin pasien Anda akan sulit berpindah ke lain hati." Ujar kapuskes yang sangat bersahaja tersebut

Dan kalau kita pikirkan lebih jauh, Rasulullah adalah sosok yang sangat pandai merengkuh puncak hati seseorang. Beliau orang yang paling pandai memainkan peran ini. Tak heran, kalau siapapun orang yang pernah bertemu Rasulullah merasa seakan-akan ia adalah orang yang paling dicintai oleh beliau. Kita menginginkan bukan untuk bisa berakhlak seperti beliau? 😃😃😃
Baru kali ini field lab dijamu dan dikasih sarapan puskesmas.. wkwkwk 😁😁😁

~Field Lab Posyandu Lansia, Puskesmas Baturetno 1, Wonogiri~

"Fenomena ikhwan caper dan akhwat baper"



Ayyuhal ikhwah al-caperun wal akhawat al- baperat....
La takuunu caperun wa la takunna baperat. Liannakum idza maa ziltum kadzalik, wa laa move on, then you'll always be like that, and you know.. it will spend many times, energies, and also efforts.

Wa haadzihi mut'ibah jiddan.. alaysa kadzalik? Alaysa khoirun lakum an taqdhiya auqootakum lib tighaa'i mardhotillah..

Keridhaan manusia itu sesuatu yang tidak ada ujungnya jika dituruti.. hehe

*sapa yg tahu artinya semua? Cung? Haha :D :D

.
.
~~Setelah ditranslate, jadinya gini~~
.
.

"Fenomena ikhwan caper dan akhwat baper"

Hai para ikhwan caper dan akhwat baper,...
Jangan caper dan baper ya.. karena kalau antum/antunna tetep kayak gitu, gak segera move on, antum/antunna selamanya akan kayak gitu terus...

Itu akan banyak menghabiskan waktu, energi, dan usaha antum/antunna

Dan yang seperti ini sangat melelahkan, ya nggak? Bukankah lebih baik antum/antunna gunakan waktu untuk menggapai keridhoan-Nya?

Keridhaan manusia itu sesuatu yang tidak ada ujungnya jika dituruti.. hehe :D

"Bekerja dalam Diam, Melangit"



Dengan menyebut asma-Allah...
Dalam putaran roda kehidupan yang kita jalani, tak dapat dipungkiri, kita menjumpai banyak sekali tipikal orang. Dan semua orang pada dasarnya ingin selalu dihargai, ingin kehadirannya teranggap, dan sesekali waktu ia butuh akan sanjungan. Right?

Pula, pada dasarnya setiap orang sangat menghargai karya-karya baik, uluran bantuan yang tulus, serta berbagai bentuk kebaikan lain yang ditujukan padanya. Maka, tidak heran kalau kita telisik, seseorang yang mampu mencapai suatu hal diluar kesanggupan orang umumnya, ia akan teranggap luar biasa. Seseorang yang bisa melampaui batas yang banyak orang menganggapnya mustahil, ia akan dianggap hebat, bukan? Ya, karena yang demikian itulah tabiat manusia.

Dan selama kita bergerak, berbuat, dan melakukan kerja. Tidak mungkin tidak. Mereka yang berada di sekeliling kita tentu akan menyaksikan karya yang kita usahakan bukan? kalaupun mereka tidak melihat, minimal Allah lah yang akan melihat pekerjaan kita bukan? Maka, Alangkah beruntungnya mereka yang membangun pondasi laku-laku baiknya karena Allah dan Rasul-Nya. Alangkah beruntungnya mereka yang selalu menyandarkan semua urusannya hanya kepada-Nya.

"Dan berkatalah, Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang Mengetahui hal ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." [QS. At-Taubah:105]

Perlulah sekirannya kita belajar lebih untuk menata hati, menjaganya dari riak-riak kesyirikan dan riya', dan memupuk keikhlasan atas kerja-kerja yang telah kita lakukan. Nasihat Fudhail ibn ‘Iyadh rahimahullah mudah-mudahan mampu menjadi pengingat, ”Jika kamu mampu menjadi orang yang tidak terkenal, maka lakukanlah. Sebab apa kerugianmu bila kamu tidak dikenal? Apa kerugianmu bila tidak dipuji? Dan apa kerugianmu bila kamu menjadi orang yang tercela di hadapan manusia, tetapi terpuji di hadapan Allah?”

Bagaimanapun juga, tidak mengapa jikalau kita menampakkan laku-laku kebajikan. Mudah-mudahan ianya menjadi contoh dan inspirasi karena kebaikan itu menjalar dan tumbuh. Dan alangkah lebih baiknya jika kita mampu menjadi tidak terkenal karena sekali lagi, mudah-mudahan ianya lebih dekat dengan keikhlasan. Tentunya, itu semua perlu disesuaikan dengan realita yang ada. Wallahu A'lam. :-)

“Sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang tidak menonjolkan diri, taqwa, & shalih. Apabila tidak hadir, mereka tak dicari cari. Apabila hadir mereka tak dikenali. Mereka bagaikan lentera lentera petunjuk yang menerangi setiap kegelapan.”
(HR. Al Mundziri dalam At Targhib wat Tarhib, hasan).

"Semua Bermula dari Al-Qur'an"



Al-Qur'an adalah sumber keberkahan hidup, dan banyak orang sudah membuktikannya dari generasi ke generasi. Siapa yang mendahulukan prioritasnya pada Al-Quran, maka pasti Allah akan angkat derajatnya dengan Al-Qur'an. Nah, disini saya hendak menyajikan sebuah kisah, yang mudah-mudahan bisa diambil pelajaran dan manfaat darinya.

Anda pernah denger nama Ust.Yusuf Mansur kan? saya rasa hampir semua umat muslim di Indonesia pernah mendengar namanya. Allah memang memberikannya amanah berupa popularitas untuk tujuan dakwah yang lebih luas, Kalau kita perhatikan, beliau ini terkenal karena dua hal, yang pertama Al-Qur'an, dan yang kedua sedekah. Ya, beliau seorang hafidzul Qur'an (Mudah-mudahan Allah menjaga beliau) yang menggiatkan diri dengan tahfidzul Qur'an hingga ke pelosok Indonesia, kemudian beliau juga ahlinya 'ngompori' orang untuk sedekah. Masya Allah!

Nah, apa sih rahasia beliau hingga bisa seperti itu? Ternyata itu semua bermula dari orang tuanya, terutama ibunya. Dan kalau kita telisik, Yusuf Mansur itu ternyata bukan nama asli beliau, kalau dilihat di KTP, nama asli beliau adalah Jam'an Nurkhatib Mansur, sedangkan Yusuf adalah nama panggilan sayang dari Ibunya. Jam'an NurKhatib artinya orang yang mengumpulkan cahaya para khatib, orang tuanya sengaja memeberikan nama itu dengan harapan anaknya mampu menjadi da'i yang mampu menghimpun semua kelebihan-kelebihan yang dimiliki para khatib. Masya Allah (Ini sekaligus menjadi nasihat bagi para orang tua dan calon orang tua agar memberikan nama terbaik untuk anak-anaknya kelak, hehe)

Hal yang paling membuat perubahan pada diri Yusuf Mansur adalah perkataan Ibunda beliau kepadanya saat masih kecil, "Yusuf, Ibu ingin ketika ibu kelak meninggal dunia, ibu menghadap Allah, kemudian Allah berkata, "Wahai hambaku, apakah yang kamu bawa menghadapku?", kemudian ibu mengatakan, "Ya Allah, hamba tidak membawa apapun menghadapmu, hamba hanya membawa anak yang hafal Al-Qur'an, menantu yang hafal Al-Qur'an, dan cucu yang hafal Al-Qur'an". Maka Yusuf, kalau kamu ingin membahagiakan ibu, hafalkanlah Al-Qur'an, Nikahlah dengan perempuan yang hafal Al-Qur'an, dan didiklah anakmu kelak dengan Al-Qur'an, dan ibu akan sangat bangga sekali denganmu, dan itu adalah kebahagiaan buat ibu, nak." (Bukan bermaksud 'ngompor-ngompori' lho ya, tapi kalau ada yang merasa 'terkompori', mudah-mudahan itu lebih baik, hehe :-) ).

Masya Allah.. nasihat ibunya lah yang kemudian membuat beliau menjadi seperti sekarang. Bukan gelar sarjana lah yang kemudian menjadikan Yusuf Mansur terkenal, tapi Al-Qur'an. Ya Al-Qur'an lah yang akan menjadi penuntun hidup. Al-Qur'an lah yang kemudian akan menjadi cahaya di dalam dada orang-orang yang berkomitmen dengannya, dan juga sekali lagi, ianya akan mengangkat derajat seseorang di dunia dan akhirat, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengn kitab ini (yakni Al-Quran) dan merendahkan kaum lainnya dengannya.” [H.R. Muslim dari shahabat Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu 'anhu]

Yang perlu kita garis bawahi pula adalah, bahwa saat kita berhasil dan sukses, sesungguhnya yang berhasil adalah orang tua dan guru-guru kita, Do'a-doa mereka lah yang kemudian memudahkan setiap langkah kita, maka tidaklah pantas kiranya kemudian kita membangga-banggakan diri atas raihan dan capaian kita.

Ya Allah. Ya Rahman Ya Rahiim.. karuniakanlah kepada kami kecintaan terhadap Al-Quran, Jadikanlah kami orang yang mencintai dan dicintai Al-Qur'an, Merindui dan dan dirindu Al-Qur'an. Mengenali dan dikenali Al-Qur'an, Ya Allah mudahkanlah kami untuk memabaca dan memahami Al-Qur'an, di rumah kami, di universitas dan tempat kerja kami, di surau dan langgar kami, di kios dan toko kami, dan dimanapun serta kapan pun.

Ya Allah, jadikanlah kami Ahlul Qur'an, Jadikanlah ia petunjuk, rahmat, dan cahaya di mata, pikiran, dan hati kami. Aamiin :-)

Like Father Like Son



Masih tidak lekang dalam ingatan. Saat kami (baca: humam, fahmi, izzuddin) masih kecil. Saat itu, kami disekolahkan di pesantren, jauh dari orang tua. Dan karena jauh dari orang tua, bapak dan ibu selalu menyempatkan menjenguk kami tiap bulan sekali, entah apapun dan bagaimanapun kesibukan mereka, mereka selalu menyempatkan hadir di jum'at akhir bulan untuk melihat kondisi, dan bercengkrama bersama kami.

Walaupun waktu kunjungnya hanya sehari, dan memang hanya boleh sehari. Rasa-rasanya itu sudah lebih dari cukup. Dan tak lupa, sebelum pulang. Bapak dan Ibu selalu berpesan, "Rajin-rajin ya belajarnya, nghafalkan Al-Qur'annya yang sungguh-sungguh, yang akur ya disini. Humam, kalau adiknya butuh sesuatu, dibantu ya! jangan berantem." Kemudian setelah kami iyakan. Dengan suasana penuh haru, kami berusaha saling menguatkan, menahan agar air mata ini tidak menetes. Pun begitu yang dilakukan bapak dan ibu. Mereka berusaha tegar, tidak menangis di depan kami. Walaupun pada akhirnya kami tahu yang sebenarnya, bahwa dalam perjalanan pulang, mereka menangis di dalam mobil karena harus berpisah sementara waktu. Dan kini baru kami tahu, bapak dan ibu melakukan itu ternyata untuk menyemangati kami, agar kami tetap bertahan belajar di pesantren, menyelesaikan hafalan Al-Qur'an kami.


Masih terngiang manis pula dalam ingatan kami. Saat kami dijemput pulang di suatu liburan Ramadhan. kami mengemasi barang-barang kami, lalu masuk ke mobil. Setelah menyuruh kami berdoa, bapak lalu menyetir. Obrolan dan celotehan riang kami pun bersliweran, sahut menyahut. Riuh. Lalu, sambil dengan setengah bercanda, bapak memberi kami pertanyaan, "Besok kalau sudah di akhirat, kalau kamu ditanya sama Allah, tanganmu kau gunakan untuk apa, kamu njawabnya gimana? kalau bapak nanti akan bilang, 'Ya Allah, ini dulu tangan yang saya gunakan untuk menyetir mobil, untuk menjenguk anak-anak hamba yang mengahafalkan Al-Qur'an di pesantren' Ya Allah, ridhoi saya."

Ucapan beliau itu sampai sekarang masih selalu terngiang-ngiang di telinga kami. Semoga Allah merahmati kepergianmu bapak. Kami selalu mendoakanmu, Semoga Allah memberikan balasan terbaik atas nafkah yang kau berikan untuk mendidik kami. Ya Allah, kami bersaksi bahwa bapak kami telah mendidik kami dengan pendidikan terbaik yang bisa beliau lakukan. Terimalah seluruh ibadah dan amal baik beliau, ampunilah dosa-dosanya. Dan berikanlah penghormatan untuk bapak kami di akhirat. aamiin

.
.
.
.

Hehe... itu yang di tengah foto bapak kami saat masih muda. Ganteng kan.
trus yang disamping-sampingnya juga gak kalah ganteng lho. 

Oya, siapa ya yang paling mirip kira-kira? Haha.. :D

Menyibak Butir Hikmah Dalam Taushiyah



Terkadang ketika kita datang, duduk menyimak pembicara, mengambil untai nasihatnya.. sebenarnya yang hendak kita gapai bukanlah ilmu baru yang ingin digapai dari sang pembicara.

Why? Toh.. kata yang diucap persis seperti yang pernah diucapkan orang. Kita sudah pernah mendengar itu berkali-kali. Ah. Itu mah biasa.. gitu mungkin yang kita pikirkan.

Walaupun begitu, mengapa kita tetap harus menjadi pendengar yang baik? Ada beberapa alasan..

1. Orang akan lebih senang bukan kalau bicaranya kita perhatikan? Kita bersabar mengikuti alur pikirnya, lalu terkadang kita sampaikan pertanyaan, pernyataan, atau bahkan apresiasi. Pun menyenangkan orang adalah sesuatu yang niscaya jika ingin mendapatkan yang serupa. Lebih-lebih jika kita niatkan untuk-Nya, tentu akan lebih berpahala!

2. Terkadang, dengan kita menjadi pendengar yang baik. Akan ada manfaat dan hikmah yang bisa kita ambil dari seseorang. Kita diciptakan Allah dengan dua telinga, dan satu mulut. Ini isyarat bahwa seharusnya kita lebih banyak mendengar daripada berbicara. Maka, beruntunglah sesiapa yang mampu bersabar mendengar. Berbahagialah mereka yang mampu mengosongkan 'gelas' nya ketika bertemu orang baru, menyingkirkan ego diri, hingga 'gelas' nya bisa terisi dengan pengalaman dan pengamalan baru. Maka seperti pesan Bob Sadino, "Kosongkan gelasmu saat bertemu orang baru!". Dan ini tidak mudah lho, coba aja praktikkan, lalu lihtlah apa yang terjadi...

3. Ketika kita menyimak untaian kata dari lawan bicara kita, atau pembicara di hadapan kita. Banyak hal yang bisa kita pelajari sebenarnya, mimik wajah, ekspresi, pilihan kata, permainan tangan, gerak-gerik, termasuk sopan santun dan adabnya. Itu semua bisa memperkaya style dan gaya kita dalam berbicara. Asyik kan.. hehe. Kita bisa belajar bagaimana adab dan kesantunan mereka. Ini yang lebih utama dari sekadar mendapatkan ilmu baru. Maka, disebutkan, konon mereka yang menghadiri majlis Imam Malik ketika membahas suatu ilmu, bukan hanya mereka yang ingin mengetahui ilmu baru, sebagian besar justru hanya ingin menyimak, belajar kesantunan dan akhlak dari beliau.

Wallahu A'lam

[Aula utama Masjid Nurul Huda UNS. Sabtu shubuh, 2 April 2016]

Momentum dan Masalah


Ketika terkumpul antara kesempatan dan kesiapan, jadilah itu sebuah Momentum
Ketika realita ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi, jadilah itu sebuah Masalah
Sudah siap banget nih, tapi kesempatannya gak ada.. ya gak jadi momentum, dan jadilah itu masalah
Atau
Sudah ada kesempatan nih di depan mata, tapi ternyata gak siap, ya gak jadi momentum, jadinya masalah

Biar kita lebih memahami apa itu momentum dan apa itu masalah, gini nih..
Misalnya nih, dalam masalah nikah..😁😁😁
Si A nih, dia sudah siap banget pengen nikah, tapi ternyata belum ada kesempatan, belum ada calonnya... ya akhirmya gajadi momentum, jadilah masalah, wkwk 😅😅
Atau si B nih, kesempatannya udah ada di depan mata, bahkan sampai pada ngantri ibaratnya calonnya. Haha 😀😀😀. Tapi dia belum punya kesiapan, ya akhirnya gakjadi momentum juga. Jadilah masalah

Misalnya juga nih, nentukan topik skripsi
Kita mau penelitian skripsi, kesempatannya udah ada, kita udah nguasai nih kasusnya, tapi ternyata dana buat penelitiannya gak ada, atau waktu penelitiannya bakalan lama dan kita gak siap dengan itu, ya gak jadi momentum akhirnya, jadilah masalah..
Atau sebaliknya, sudah siap nih dananya, waktunya lama juga gak masalah karena baru idealis nih ceritanya, haha.. 😀😀 tapi ternyata gak nguasai kasusnya, atau kita gak punya kesempatan untuk melakukan penelitiannya. Ya gak jadi momentum kan?

Dari dua contoh diatas, kalau diperhatikan..
Sebenarnya momentum itu bisa dibuat bukan? haha. 😄😄
Kesempatan itu bisa diciptakan, karena dia tidak datang hanya sekali, tapi bisa berkali-kali
Kesiapan juga bisa diupayakan dan diusahakan bukan?
Tapi memang gak mudah, hehe 😇😇

Kalau kata almarhum bapak saya dulu gini," Di dunia ini, gak ada yang mustahil, yang ada hanya sulit, tapi pasti bisa, insya Allah. Sementara nanti di akhirat semuanya serba mustahil. Para penduduk neraka yang kekal itu, mustahil minta masuk surga. Dan kenikmtan di surga itu sesuatu yang pasti mustahil menurut ukuran kita karena nikmatnya belum pernah dilihat, didengar, dirasa, dan bahkan belum pernah terbersit di dalam hati"

Hehe.. maka ini penting!

Penting banget! bener sekali kalau dalam hal apapun, termasuk urusan jodoh, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan kita istikhoroh.. pasrah kepada Allah.

"Ya Allah, Jika Engkau tahu kalau memang dia/sesuatu ini baik untukku dalam agamaku, hidupku, dan kesudahan urusanku. Takdirkanlah ia untukku, mudahkanlah, dan berkahilah. Dan jika Engkau tahu kalau ia memang buruk untukku dalam agamaku, hidupku, dan kesudahan urusanku, maka pisahkan ia dariku, dan pisahkan aku darinya, dan takdirkanlah untukku yg lebih baik dimanapun ia, kemudian ridhoilah aku dengannya.."

Indah sekali kan pasrahnya, sampe nangis pas nulis, hiks 😢😢😢. Perhatikan ada redaksi yg bagus banget nih di doanya, "...Kalau ia memang buruk untukku, ... maka pisahkan ia dariku, dan pisahkan aku darinya," Kenapa harus seperti itu?

Tepat? Kalau dalam urusan jodoh, gini tafsirnya..wkwk
Pisahkan, lupakan aku darinya, dan pisahkan, lupakan dirinya dariku. Karena gini.. kalau cuma kita yang lupa sama dia, sementara dianya masih ngejar-ngejar, kan jadi masalah.. hehe.. apalagi kalau misalnya dianya lupa sama kita, tapi kita gak lupa-lupa, kan jadi masalah juga tuh.. hehe. Maka, inilah doa istikhoroh yang diajarkan Rasulullah. Enak kan jadi orang islam? Hehe

Gak galau-galau mulu..

Saya bahas ini karena pada umumnya seusia saya, (saya juga... hiks, 😢), kadang seringkali galau karena masalah jodoh. Padahal urusan jodoh, bukan urusan main-main lho.. kalaupun dianggap main-main, itu juga tetep serius lho jadinya..

"Tiga hal yang seriusnya dianggap serius, dan bercandanya juga dianggap serius, yaitu, nikah, talak, dan rujuk [HR. Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi]

Maka, yg belum nikah, hati-hati bercanda tentang nikah, yang sudah nikah, hati-hati bercanda tentang talak dan rujuk.. hehe. 😇😇 Hati-Hati ya dengan Hati!

Mudah-mudahan catatan singkat ini menjadi ibroh bagi saya pribadi, karena terkadang saya menulis untuk menjadi pengingat diri, Wallahu A'lam.

Dibalik Ucapan 'Semanngatttt'



Jika Anda bekerja dalam sebuah tim, waspadalah terhadap ucapan 'semangaat' dari rekan Anda. Bisa jadi itu adalah isyarat bahwa Anda harus mengerjakan segalanya seorang diri (Humamuddin, 2016)

Hehe.. ngerasa gak?
Padahal maksud aslinya bagus lho, untuk kasih semangat, kerja bareng-bareng, tapi yang sering terjadi malah sebaliknya, dan sudah menjadi budaya kalo ada yang bilang 'semangat', itu artinya harus lebih sabar, karena harus kerja sendirian, hiks 😢😢

Saya jadi teringat cerita Nabi Musa alaihissalam bersama kaumnya bani Israil kala mereka diajak berperang. Allah mengisahkan dalam firman-Nya,

Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja". [Qs. Al-Maidah: 24]

Seolah-olah mereka berkata kepada Nabi Musa alaihissalam, "Hei Musa, Mangats yaaa! Kamu berangkat aja ya berdua bersama Tuhanmu, kan kamu udah sama Allah, kurang apalagi coba, biar kami 'leyeh-leyeh', duduk santai disini aja, udah pasti bakalan menang."

Wal iyadzu billah, kita berlindung dari melakukan perbuatan seperti itu..
Coba perhatikan perkataan Bani Israil di atas. Mengerikan bukan?

Maka, yuk kita benahi...
Jangan sampai kita menjadi seperti bani Israil, yang enggan turut serta memenuhi seruan pemimpinnya, nabinya, Musa alaihissalam..
Jangan sampai ada niatan untuk tidak ikut ambil bagian kerja, ketika kita bilang 'Semangaaaat' ke teman, rekan, dan sahabat kita dalam sebuah tim, organisasi, dan kumpulan.

Sebagaimana kita senang jika pekerjaan kita dibantu, maka begitu pula lah yang dirasakan rekan kita jika tugas timnya dikerjakan bersama-sama..

Baarokallahu fiikum, Semangaaaaaaat pagi! 😀😀😀😀

Aku menyukaimu, Pemalu


Pemalu, aku ingin menjadi sepertimu
Tahukah kamu..
Mereka yang pemalu cenderung lebih bisa dipercaya dan lebih murah hati.
Ini hasil studi dari University of California, Berkeley...
Maka, pantaslah agama menyebut malu itu bagian dari iman...

Aku selalu menyukai sifat malumu, kawan
Malu yang menghalangimu dari maksiat
Malu yang mencegahmu berbuat tak pantas
Malu yang kau tempatkan semestinya
Kau tahu..
Karena Allah pun Dzat yang Maha Pemalu
Allah malu jika hambanya menengadahkan tangannya berdoa
Kemudian Dia tidak mengabulkannya

Aku selalu menyukaimu, Pemalu..
Karena kau anggun dengan malumu
Karena kau elok dengan malumu
Asalkan jangan bikin orang jadi malu
Dan yang paling penting
Jangan malu-maluin..
Haha. (hahaha)

Aku menyukai sifat malumu,
Zawwadakumullahut taqwa wal haya'
Wa ghoffaro dzunuubakum..

Untukmu Yang Kelak Menjadi Ibu


Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...

Jadilah seperti Nuwair binti Malik yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anaknya.

Saat itu sang anak masih remaja. Usianya baru 13 tahun. Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang badar. Rasulullah tidak mengabulkan keinginan remaja itu. Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih. Namun sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah dengan potensinya yang lain.

Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah karena kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan menghafal Al Qur’an. Beberapa tahun berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris wahyu. Dan namanya akrab di telinga kita hingga kini, dialah Zaid bin Tsabit.

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...

Jadilah seperti Shafiyyah binti Maimunah yang rela menggendong anaknya yang masih balita ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah. Keteladanan dan kesungguhan Shafiyyah mampu membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah, gemar ke masjid dan mencintai ilmu. kelak, ia tumbuh menjadi ulama hadits dan imam Madzhab. Ia tidak lain adalah Imam Ahmad.

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...

Jadilah ibu yang terus mendoakan anaknya, seperti Ummu Habibah. Sejak anaknya kecil, ibu ini terus mendoakan anaknya. Ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan anaknya :

“Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam..! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaanMu. Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan Rasul-Mu, oleh karena itu aku bermohon kepada-Mu ya Allah, permudahlah urusannya. Peliharalah keselamatannya, panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna, aamiin..!”.

Doa-doa itu tidak sia-sia. Muhammad bin Idris, nama anak itu, tumbuh menjadi ulama besar. Kita mungkin tak akrab dengan nama aslinya, tapi kita pasti mengenal nama besarnya: Imam Syafi'i.

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...

Jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk menggapai cita-cita, seperti ibunya Abdurrahman. Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya untuk menjadi imam masjidil haram, dan ia pula yang menyemangati anaknya untuk mencapai cita-cita itu.

“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram…”, katanya memotivasi sang anak .

“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam masjidil haram…”, sang ibu tak bosan-bosannya mengingatkan.

Hingga akhirnya Abdurrahman benar-benar menjadi imam Masjidil Haram dan ulama dunia yang disegani. Dan murattalnya kita sering dengar dan diputar di Indonesia, dialah Syaikh Abdurrahman As-Sudais.

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...

Jadilah orang yang pertama kali yakin dan menanamkan keyakinan akan kesuksesan, seperti ibunya zewail kecil yang menulis “Kamar DR. Zewail” di pintu kamar anaknya.
Ia menanamkan kesadaran sekaligus kepercayaan diri, diikuti keterampilan mendidik dan membesarkan buah hati, jadilah Ahmad Zewail seorang doktor Muslim terkemuka di dunia, penerima Nobel bidang Kimia tahun 1999.

Mereka... Orang-orang hebat itu, tidak dididik kecuali oleh Ibu yang Luar Biasa, Baarokallahu Fiikum

Aku Tahu, Allah Tidak Tidur




Alhamdulillah atas segala kejadian, skenario, dan drama yang sudah Kau atur sedemikian rupa untuk mengingatkan khilafku, Ya Allah.. semua kejadian ini pasti ada hikmah dan pelajarannya. Saya akan berbagi kisah seharian ini, bukan untuk apa-apa! Saya tidak bermaksud riya' dan mudah-mudahan ini bisa diambil ibrohnya..

Pagi tadi, sekira jam 10 pagi, saya melaju ke pondok selepas dari kampus, kemudian saya sempatkan untuk mengganti oli motor terlebih dahulu di bengkel dekat pondok, karena kebetulan bengkelnya gak bisa buat nyervis motor, yaudah saya berniat nyervis di tempat lain yang searah dengan jalan pulang ke rumah. Setelah bayar ongkos ganti oli, saya lihat jam, "Hmm.. masih sekitar 30 menitan lagi dhuhurnya," saya masukkan dompet ke saku jaket dengan agak terburu, lalu tancap gas supaya bisa sampai ke tempat servis motor sebelum dhuhur. Pikir saya nanti kalau udah masuk waktu dhuhur, sambil motornya antri diservis, saya bisa sholat dhuhur di masjid sekitar situ.

Eh, ketika sampai di tempat servis, saya raba saku jaket saya.. kosong. Saya cek tas saya, pelan-pelan. Nihil. Gak ada dompetnya. Saya mulai khawatir kalau dompet saya jatuh di jalan.. saya cari lagi sekali lagi, dan nihil... gak ada.

Ya Allah, kayaknya dompetnya jatuh, mungkin di jalan atau di bengkel pas ganti oli tadi, padahal di dalamnya ada STNK motor, SIM A, SIM C, KarMas, KTP, beberapa lembar uang lima puluhan ribu, dan lainnya. Akhirnya, saya gak jadi servis motor, saya putar balik, nyusuri jalan pelan-pelan, siapa tahu masih ada, dan kalau memang bener jatuh, saya bisa nemukan, tapi ternyata gak ada. Nihil. Saya balik ke bengkel tadi, ternyata udah tutup karena dhuhur. Yaudah, saya ke masjid aja untuk sholat dhuhur dulu. Mudah-mudahan habis sholat, Allah berikan solusinya. Pikir saya. Saya sampai masjid dan jamaah sudah sampai rakaat terakhir. Astaghfirullah.

Setelah sholat, saya cek lagi tas saya, memastikan lagi. Dan memang gak ada. Saya kembali ke bengkel, dan yah.. ternyata masih tutup, biasanya buka lagi memang jam 1 siang. Yaudah, saya putuskan untuk pulang dulu aja ke rumah karena juga udah lemes. Sambil sekalian mampir ke polsek untuk minta surat keterangan kehilangan barang. Sampai kantor polsek, ternyata pak polisinya bilang gak bisa langsung jadi suratnya, butuh BPKB motor, dan saya gak bawa itu. Pak polisinya bilang besok ahad aja jam 8 kesana lagi bawa BPKB motor dan surat keterangan KTP dari desa.

Selama di jalan pulang, saya membayangkan bagaimana ribetnya jika harus ngurus semua surat-surat itu semua., "Ya Allah, mudahkan urusanku.. " Sampailah saya di rumah, segera saya ke balai desa berniat minta surat keterangan, dan yah...ternyata udah tutup juga. Saya balik ke rumah, makan, lalu tidur karena capek mikir. Jam 2.30 siang saya bisa bangun alhamdulillah.. Saya balik naik motor ke tempat bengkel tadi, saya masih husnudzon dompet saya jatuh disana. Sampai disana, ternyata bapak bengkelnya bilang gak lihat ada dompet jatuh. Astaghfirullah.. yaudah, saya teruskan ke pondok akhirnya, karena habis ashar biasanya saya harus ngajar.

Jam 4.30 sore saya pulang ke rumah karena ternyata halaqoh tahfidznya diliburkan dulu. Saya masih yakin dompet saya bakalan ketemu, husnudzon ditemukan orang lalu dikembalikan lagi. Pikir saya. Sampai di rumah, saya baru bilang ke orang tua kalau dompet saya jatuh, hilang entah dimana. Ibu saya cuma bilang, "Udah istighfar aja yang banyak, ini peringatan dari Allah, Allah yang ngatur, kalau Allah pengen mbalikkan dompetmu, itu gampang banget" Saya sadar, akhir-akhir ini kurang memperhatikan rumah, Ibu, dan adik saya. "Ya Allah ampuni saya.."

Setelah sholat maghrib, saya berdoa supaya diberikan jalan keluar, dimudahkan urusannya, saya masih tetep husnudzon kepada Allah kalau dompet saya bakal ketemu, "Ya Allah, saya seharian ini keluar dari rumah, naik motor, itu bukan untuk bermaksiat kepada-Mu, Ya Allah, saya bepergian, saya niatkan untuk kebaikan. Ya Allah, masak untuk berbuat kebaikan saja Engkau berikan kesulitan. Ya Allah, saya percaya gampang saja bagi Engkau untuk mengembalikan dompet yang hilang. Mudahkan urusan saya, Ya Allah".

Dan habis sholat maghrib, saya cari-cari fotokopian KTP, SIM, dan BPKB. Alhamdulillah masih ada fotokopiannya, niatnya besok pagi mau ngurus surat kehilangan. Namun, tiba-tiba pintu rumah diketuk, saya heran, kalau ini pasiennya ibu, harusnya ke pintu ruang periksa, dan gak perlu ngetuk pintu karena ada belnya di luar. Siapa yaa? Hmm..

Saya buka pintu, ternyata pak RT dateng, beliau nanyakan apakah saya kehilangan dompet hari ini. Saya jawab iya, dan beliau bilang katanya pak Lurah barusan dapet info dari pak Lurah desa sebelah kalau dompet saya ditemukan orang di desa sebelah, saya diharuskan menghadap ke rumah pak Lurah desa sebelah malam ini juga. Akhirnya bergegaslah saya ke rumah pak Lurah yang dibilang tadi, sambil tanya-tanya ke warga sekitar dimana rumahnya. Mudah-mudahan bener itu dompet saya. Pikir saya lagi.

Alhamdulillah.. setelah sampai di rumah pak Lurah yang ternyata pas di depan masjid, saya perkenalkan diri, lalu disambut baik oleh beliau, dan dipertemukan dengan orang yang nemukan dompet saya, seorang tentara kodim. Bapak tentara ini bilang sebenernya beliau tahu pas dompet saya jatuh, beliau sudah meneriaki saya, tapi karena saya ngebut akhirnya gak kesampaian. Kami berbicara cukup akrab akhirnya, bahkan pak lurahnya sempet bilang kalau beliau sering dilapori warganya dompet yang ditemukan kayak gini gak sekali dua kali, pernah bahkan sampai tiga hari beliau infokan lewat facebook, hehe.. dan akhirnya yang punya dompet datang ke tempatnya. Tak lupa, saya berterima kasih dan ngasih 'uang bensin' sebagai tanda terima kasih karena dompet saya beserta isinya Alhamdulillah lengkap, gak ada yang kurang. Masya Allah..

Semoga makin banyak orang-orang jujur, orang-orang baik seperti beliau, yang secara tidak langsung menjadi wasilah Allah memberikan pertolongan-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Kalau Allah ingin berkehendak, semuanya pasti bisa, tinggal kun fayakun.

Ya Allah, alhamdulillah.. terima kasih atas nikmat yang Kau
berikan hari ini..
😁😁😁

"HEY, MAS-MAS.."


Mas-mas...
Tahukah kalian
Betapa kalian sungguh berharga
Makanya kalian disebut mas
Pun, Al-Qur'an menyebut mas-mas
Ketika membahas pemuda Ashabul kahfi
Dengan sebutan fityah.. para pemuda
Yang identik dengan semangat...

Dan, tahukah?
Ternyata di jakarta mas itu 'abang'
Bukan warnanya yang berubah
Tapi panggilannya 😂😂
Maka, apapun sebutannya
Kalian tetaplah berharga
Karena kalian adalah emas...

Yuk, mumpung masih muda
Perbanyak karya
Jaga diri baik-baik
Terus semangat
bikin orang semangat
Supaya kalian tetap layak
Mendasar gelar 'mas-mas'



Ketahuilah, sebentar lagi
Gelar itu akan hilang
Berubah jadi 'bapak-bapak'
Dan sebentar lalu
Berubah gelar lagi jadi 'kakek-kakek'

Maka, kalau kalian wahai mas-mas
Tetap diam dan tidak bersemangat
Tetap malas dan tidak belajar
Tetap tak bergeming dan tak produktif
Pantaslah kiranya...
Takbir empat kali untuk kalian
Karena pada dasarnya tlah tiada
Begitu kata Imam Syafi'i

Mas-mas
Sekali lagi kalian adalah emas
Diam saat ini bukan lagi emas
Kadar karatmu sebanding dengan karyamu
Makin banyak karyamu,
Makin tinggi karatmu..

Mas-mas
Selamat ya jadi mas-mas
Sebelum mereka berubah pikiran
Memanggil mbak-mbak
Wkwk..~

Mangats.. mas-mas 😁😁😁
Karena mas-mas adalah harapan mbak-mbak

Aleppo, Kota Bersejarah Yang (Tidak) Tinggal Sejarah






“Syria is our country and we want to go back there. We don’t know who is right and who is wrong, but I know we civilians are paying the price,” (Hiba, pengungsi Suriah di Lebanon)

Aleppo, atau disebut dengan Halab merupakan salah satu kota terbesar di Suriah. Aleppo termasuk salah satu kota tertua di dunia yang penuh sejarah. Ia menjadi bukti keberanian Khalid bin Walid ketika menaklukkannya pada tahun 634 masehi. Ia menjadi saksi kejayaan Daulah Umayyah, dimana Al-Walid I pada awal abad ke-8 membangun sebuah masjid terbesar di Suriah. Masjid Agung Aleppo. Ia juga menjadi saksi kegagahan Shalahuddin Al-Ayyubi dan dinasti Ayyubiyah yang memegang kendalinya hingga abad ke-11.

Banyaknya pergulatan kekuasaan dan pertempuran yang terjadi di Aleppo, tak lain bersebab Aleppo merupakan salah satu kota yang punya peran strategis dalam bidang ekonomi, sejarah, politik, dan kebudayaan dunia. Aleppo pernah beberapa kali berpindah tangan dalam sejarahnya, mulai Bani Fathimiyah, bangsa Seljuk, Romawi, dan Turki. Tercatat pada tahun 1280-an, pasukan Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan pernah mengambil alih kota ini, mereka menjarah pasar, dan membakar masjid, sehinggga kaum muslimin saat itu harus melarikan diri ke Damaskus. Terdapat pula bangunan Krak des Chevaliers, benteng terkuat pasukan salib yang dibangun antara abad ke 12 dan 13 ini sangat ditakuti, pada akhirnya bisa ditembus oleh Sultan Baibars dari Kesultanan Mamluk tahun 1271.

Beberapa tahun terakhir, sejak pemerintahan Suriah dikuasai oleh rezim Syi'ah Nushairiyah, protes anti-rezim Bashar Assad mulai nampak. Hingga pada Februari 2012, pertempuran menjadi tak terelakkan antara kelompok Sunni-Syi’ah. Aleppo membara. Bentrokan, ledakan bom, dan baku tembak terjadi. Pertempuran Sunni-Syiah terus berlanjut. Pada akhir 2013, pasukan rezim Syi’ah Nushairiyah menggiatkan serangan udara dengan bom barel yang mematikan di Aleppo. Gencatan senjata memang sempat digulirkan, tetapi tidak bertahan lama karena pertempuran kembali bergejolak. Rusia pun tak mau kalah ikut mendukung rezim Nushairiyah sejak 2015.

Kini, Aleppo tengah dirundung duka, Aleppo sedang membara. Aleppo memerah darah. Serangan bertubi-tubi oleh rezim Nushairiyah selama lebih dari dua pekan tanpa henti telah menyebabkan lebih dari 200 orang harus meregang nyawa dalam sepekan terakhir, sementara ratusan lainnya luka-luka. Ratusan situs bersejarah, masjid, rumah sakit, dan pasar hancur, luluh lantak, rata. Masjid Agung Aleppo yang berusia lebih dari 1000 tahun pun tak luput terkena dampaknya, masjid ini juga ikut hancur. Belasan ribu keluarga sipil tengah tertatih-tatih di tengah bangunan yang tinggal puing-puing, terjebak dalam gempuran perang. Kelaparan dan kesulitan air bersih menjadi hal yang merata. Di tengah keadaan yang genting dan mencekam tersebut, ternyata tenaga kesehatan dan dokter juga sangat minim, berdasarkan data dari Medicine Sans frontiers (MSF) hanya ada 70-80 orang dokter dan tenaga kesehatan yang masih bertahan di Aleppo saat ini. Jumlah ini hanya 5 persen dari total jumlah tenaga kesehatan yang seharusnya, sebagian besar mereka sudah meninggalkan Aleppo.

Yang lebih mencengangkan, menurut United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), akibat pertempuran yang tiada berhenti, lebih dari 10.000 orang telah tewas per April 2016, dan lebih dari 4,8 juta orang terpaksa mencari suaka dengan mengungsi, diantaranya ke Turki, Lebanon, Yordania, Irak, Mesir, Afrika Utara, dan Eropa.

Dunia seakan bungkam menyaksikan krisis kemanusiaan yang terjadi di Suriah. Televisi dan media kita juga diam, tidak ada riuh kabar yang terdengar, seolah bencana kemanusiaan di Suriah tiada menjadi urusan. Yang penting rating tinggi dan keuntungan meningkat. Namun, di tengah kebisuan ini, kita pantas bersyukur karena ada orang-orang yang masih peduli, bersuara, dan bergerak mengulurkan bantuan. Hati mereka saling terpaut satu sama lain atas dasar keimanan. Ribuan kilometer jarak yang memisahkan mereka tidak membuat hati mereka menjauh. Perbedaan ras dan usia juga tidak membuyarkan keinginan untuk membantu. Perbedaan bahasa tidak membuat hati mereka mengeras membatu. Inilah iman! hanya Allah lah yang Maha Mampu untuk membuat hati-hati mereka bertaut mesra dalam ukhuwah...

“Seandainya engkau berinfak sepenuh bumi, engkau tak kan bisa menyatukan hati mereka, tapi Allah lah yang menyatukan.” (Al-Anfal: 63).

Kita memohon kepada Allah agar menyatukan hati kaum muslimin, mengokohkan langkah juang mereka, dan memperbaiki kondisi mereka dimanapun berada, khususnya mereka yang berada di Aleppo. Allah lah sebaik-baik penolong dan pelindung.. Wallahul Musta'an.

"Ya Allah, satukan hati orang-orang beriman dan satukan kalimat mereka atas agamaMu! perbaikilah urusan diantara mereka, tolonglah mereka terhadap musuh-musuhmu dan musuh-musuh mereka.."

Referensi gambar: http://www.dw.com/

Jomblo selamanya!



Adalah Utsman bin Affan, seorang yang pemalu, yang bahkan para malaikat pun malu kepadanya. Seorang yang digembirakan Rasulullah dengan surga. Tiada sesuatu yang lebih ditakutkan olehnya kecuali kesendirian. Maka, ketika dibacakan kepadanya ayat-ayat tentang neraka, ia tidak begitu takut karena di neraka tidak akan sendirian. Namun hal ini berbeda tatkala diingatkan tentang alam kubur kepadanya, Utsman seketika wajahnya berubah pucat pasi. Ia sangat takut. Tiada teman yang menemani. Tiada cahaya. Gelap gulita.

Ada beberapa hal menarik ketika kita membahas tentang kubur. Bukan apa-apa.. Mudah-mudahan dengan mengingat kematian dan kubur mampu membuat hati kita menjadi lebih lembut. "Perbanyaklah mengingat penghancur segala kelezatan, yaitu maut" Begitu pesan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Dalam ilmu fiqih, kita tahu bahwa dalam satu liang kubur hanya boleh ditempati oleh satu mayit bukan? tidak boleh lebih, kecuali pada kondisi tertentu semisal adanya korban peperangan, musibah gempa bumi, tsunami dan seterusnya, yang tidak memungkinkan jika jenazah-jenazah tersebut dikubur satu-persatu di lubang yang berbeda. Pada kasus seperti ini, maka diperbolehkan menguburkan dua orang atau tiga orang dalam satu liang, dengan ketentuan, mereka yang hafalan Al-Qur'annya paling banyak, atau paling 'alim, diletakkan paling depan dalam liang kubur menghadap kiblat, lalu di belakangnya baru dikuburkan mereka yang lebih sedikit hafalannya, begitu seterusnya. Inilah salah satu keutamaan yang diberikan kepada para penghafal Al-Qur'an. Masya Allah.😊😊

Ketentuan lainnya dalam penguburan beberapa orang dalam satu liang adalah, harus yang sama jenis kelaminnya. Laki-laki dikuburkan bersama laki-laki. Perempuan bersama perempuan. Tidak boleh menguburkan lelaki bersama perempuan dalam satu liang. Walaupun itu suami-istri. Mengapa? ia mungkin suaminya atau istrinya di dunia ketika masih hidup, tapi menurut syariat, kematian telah memisahkan hubungan suami-istri mereka. Belum tentu di akhirat ia menjadi suami atau istrinya. Sekarang mereka adalah orang lain sebagaimana mereka dulu juga adalah orang lain. Maka, ketika mereka yang suami-istri saja ketika sudah meningggal dunia tidak boleh dimasukkan dalam liang yang sama, bagaimana dengan mereka yang masih hidup, bukan mahram, belum menikah, tetapi selalu bersama? Teman Tapi Mesra. Atau Ta'aruf Tapi Mesra. Tentu lebih tidak boleh lagi bukan.😁😁😁

Kita tentu berharap agar dipertemukan kembali kelak bersama bapak ibu kita di surga, bukan? Maka, kita juga berharap kepada Allah, memohon agar diberikan pasangan suami atau istri, yang tidak hanya di dunia, tapi sampai nanti di akhirat. Maka, kita memohon kepada Allah agar diberikan pendamping hidup yang beriman dan akhir hidup yang khusnul khotimah, karena ini satu-satunya kunci yang bisa membuat kita kembali dipersatukan dengan bapak-ibu kita, kakek-nenek kita. Kita menginginkan itu bukan?☺☺

"Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya." (QS. At-Thur: 21)

Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam wafat, maka para shahabat saling berselisih pendapat, mau dikubur di manakah jenazah Beliau. Sebagian shahabat menginginkan beliau dikuburkan di pemakaman Baqi’. Sebagian lagi menginginkan beliau dikembalikan ke Makkah dan dikuburkan disana. Kemudian Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Para nabi tidak dikuburkan kecuali di tempat mereka wafat.” Akhirnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dikuburkan di rumah Beliau, di kamar dimana beliau wafat.

Lalu kurang lebih 2 tahun kemudian, Abu bakar Ash-Shiddiq pun meninggal dunia, dan dikuburkan di sisi makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tepat di sisinya. Selang beberapa tahun kemudian, selepas Umar bin Khattab ditikam oleh seorang Yahudi ketika shalat shubuh. Umar yang saat itu merasa ia sudah akan dipanggil oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka ia menyuruh putranya Ibnu Umar untuk menghadap ‘Aisyah radhiyalahu ‘anha, memohon izin agar ia dikuburkan di sisi Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mendengar itu, Ummul mukminin berkata, “Sungguh, aku sebenarnya telah menginginkan tempat di rumah ini untuk diriku sendiri. Tapi karena Amirul Mukminin telah memintanya dariku, maka aku lebih mengutamakannya dibanding diriku.” Lalu wafatlah Umar bin Khattab, dan dikuburkan di sisi dua sahabatnya yang mulia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Maka, ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha kemudian keluar dari rumah itu, bersebab telah datang orang lain yang bukan mahramnya.

Kelak kemudian, bersebab suatu kejadian, dimana pernah ada seseorang Yahudi yang ingin membongkar makam nabi dan mengambil jenzah beliau melalui bawah tanah. Akhirnya saat ini dibangun bangunan untuk melindungi makam Rasulullah hingga beberapa meter ke dalam tanah jauhnya. Dan membangun bangunan di atas makam dalam kasus yang seperti ini menurut madzhab Syafii, hukumnya adalah wajib, demi menjaga makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari musuh-musuh Islam. Adapun larangan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk membangun bangunan di atas kubur menurut Imam Nawawi Rahimahullah, adalah larangan menembok kubur dan membuat bangunan kubur di pemakaman umum, karena hal ini akan memperkecil tanah pekuburan, sekaligus merampas hak kaum muslimin yang sebenarnya mempunyai hak untuk dikuburkan juga di tempat itu. Wallahu A'lam. Dan konon, di samping makam Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar, ada satu tempat kosong lagi yang kelak menjadi makamnya Nabi Isa 'Alaihis salam di akhir zaman. Wallahu a'lam

Pada akhirnya, kita semua ini selamanya adalah jomblo (dalam konteks yang berbeda tentunya). Setiap dari kita akan dimintai pertanggungjawaban atas amalan kita. Kita sendiri yang harus menanggung dosa kita. Bukan orang lain. “..Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain,” (QS. Al-Isra’: 15)

Maka jangan takut dikatakan jomblo, Wahai jomblowiyyun wa jomblowiyyat.. Engkau anggun dalam kejombloanmu. Tenang saja. Haha

Pemanasan Menyambut Musim Semi Al-Qur'an




Alhamdulillah, lebih kurang sepekan lagi insya Allah kita akan berjumpa dengan bulan Ramadhan, bulan yang disebut dengan Syahrul Qur'an (bulan Al-Qur'an), yang mana puncaknya adalah adanya lailatul qadr. Bulan dimana Rasulullah me-muroja'ah (mengulang setoran) hafalan Al-Qur'a nnya secara langsung kepada malaikat jibril 'alaihissalam. Bulan dimana para salafush shalih, para pendahulu kita yang shalih 'pol-polan' dengan tilawatul Qur'an.

Inilah istimewanya Al-Qur'an. Al-Qur'an itu mulia. Maka, apapun yang terkait dengan Al-Qur'an akan kecipratan mulia, akan ketambahan berkahnya. Dan Ramadhan adalah salah satu yang mendapatkan efeknya. Ramadhan mulia karena di dalamnya diturunkan Al-Qur'an. Madinah dan Makkah menjadi dua kota yang mulia karena di kedua nya lah diturunkan Al-Qur'an, ada surat makiyyah dan madaniyyah bukan? Para penghafal Al-Qur'an itu juga menjadi mulia dan beroleh keistimewaan karena apa? Ya karena Al-Qur'an. Umat islam ini pasti akan kembali menjadi mulia dan terhormat jika kembali kepada Al-Qur'an. Sayangnya, saat ini rasanya kita masih jauh. Jauh... (sad)

Nah, apa yang dilakukan para sahabat, taabi'in, dan taabiut-taabi'in untuk menyambut bulan ramadhan? Mereka persiapan dulu, dan persiapannya nggak main-main lho. Bersebab ingin bisa banyak baca Al-Qur'an di bulan Ramadhan, mereka dari bulan sya'ban sudah latihan banyak baca Al-Qur'an dulu. Imam Malik, gurunya Imam Syafi'i, beliau ini sehari-harinya mengajarkan ilmu, mengisi kajian ta'lim, dan seterusnya. Kalau sudah mendekati bulan Ramadhan, beliau liburkan semua aktivitas ta'limnya, pengajiannya dihentikan dulu, beliau memfokuskan diri membaca Al-Qur'an. Ya, Pemanasan dulu, banyak-banyak baca Al-Qur'an. Kenapa seperti itu? Ibaratnya kalau kita mau main bola, biasanya pemanasan dulu kan? Gak langsung main, supaya gak kram otot kaki kita. Begitu juga dengan tilawah Al-Qur'an. Orang kalau gak biasa tilawah, baru baca 2 halaman rasanya udah gak sabar, pengennya buka gadget atau tab mulu, ya nggak? Makanya supaya kuat dan tahan lama tilawah Al-Qur'an, perlu dilatih..

Kalau kita tahu bagaimana para sahabat dan orang-orang shalih memanfaatkan Ramadhan mereka, kita akan nangis, malu, merasa gak ada apa-apanya. Astaghfirullah... Disebutkan bahwa Az-Zuhry, seorang taabi'in, ketika datang bulan Ramadhan, maka beliau meninggalkan segala aktivitas dan ibadah lainnya, dan hanya fokus pada 2 ibadah, apa itu? Memberikan makanan untuk orang yang berpuasa, dan Membaca Al-Qur'an. Para shahabat dan tabi'in ketika bulan Ramadhan, seakan mereka 'resign' sementara dari aktivitas lain, dan fokus untuk membaca dan mengkhatamkan Al-Qur'an setiap 3 malam sekali. 3 hari khatam sekali, bro.. Bahkan banyak dari mereka yang khatam setiap 2 malam, artinya sehari 15 juz Al-Qur'an dibaca. Dan kalau sudah masuk 10 hari terakhir Ramadhan, mereka lebih semangat lagi, sehari semalam khatam sekali. Jadi kalau ditotal, minimal selama bulan Ramadhan para shahabat dan tabi'in itu khatam minimal 20 kali.

Itu minimal lho ya.. Imam Syafi'i itu khatam Al-Qur'an 60 kali dalam Ramadhan, sehari 2 kali khatam, dan yang lebih fantastis. Imam Syafi'i biasa mengkhatamkan Al-Qur'an dalam sholat. Bahkan, Utsman bin Affan itu biasa mengkhatamkan Al-Qur'an dalam satu raka'at. Nggak main-main. Kalo kita baca Al-Qur'an di luar sholat kan masih bisa sambil baca mushaf, diselingi minum, tolah-toleh, dan lain sebagainya. Lha kalo sholat, gak bisa bro.. harus fokus. Batal kalo gerak-gerak mulu..

Yang lebih keren lagi, Ibnu Abbas itu biasa mengkhatamkan Al-Qur'an di bulan ramadhan antara maghrib dan isya'. Kan cuma singkat waktunya, kok bisa? Bisa lah.. gini soalnya, kalo di Arab, pas musim panas itu maghribnya jam 7, isya'nya jam 10 malam. Nah, sunnahnya, sebenarnya sholat isya' itu diakhirkan hingga agak malam hari (sekira jam 12 atau jam 1 malam) Rasulullah pernah mengakhirkan jama'ah sholat isya' hingga pertengahan malam, sampai-sampai para sahabat lelah menanti beliau di masjid. Akan tetapi, jika mengakhirkan sholat isya' ini dinilai malah akan memberatkan kaum muslimin yang lain untuk berjama'ah sholat isya' karena misalnya sudah seharian bekerja, dan seterusnya, maka dianjurkan tetep sholat isya' di awal waktu. Nah.. para shahabat dulu, mereka biasa mengakhirkan sholat isya' berjama'ah ini karena sunnah. Ini disebut Al-'atamah. Dan sekali lagi, Ibnu Abbas biasa mengkhatamkan Al-Qur'an diantara maghrib dan isya' ini. Masya Allah..

Inilah kesungguhan para shahabat, tabi'in, dan taa biut taabi'in dalam memanfaatkan waktu di bulan Ramadhan. Mereka fokus pada siang hari menahan lapar dan syahwat, serta pembatal puasa lainnya. Dan pada malam hari fokus menahan kantuk untuk tidak tidur guna mengkhatamkan Al-Qur'an. Barulah jika seperti ini, karena lelah membaca Al-Qur'an hingga tertidur, dikatakan tidurnya orang yang berpuasa itu ibadah. Jadi, bukan tertidur setelah sholat shubuh karena kekenyangan saat sahur, Hehe..

Tentunya yang dimaksud 'resign' dari semua aktivitas dan fokus membaca Al-Qur'an di bulan Ramadhan bukan kemudian menelantarkan pekerjaan dan tugas yang lain. Tetap melakukan pekerjaan rumah, tugas akdemik, bekerja, dan aktivitas harian biasa dengan optimal. Ditambah dengan menyediakan waktu khusus setiap harinya yang digunakan fokus untuk mengkhatamkan Al-Qur'an sebanyak-banyaknya. Tidak malah disibukkan dengan berbagai jadwal acara buka bersama tiap harinya, dan 'ngabuburit' yang malah seakan penuh kesiaan, nanya diisi dengan canda tawa. Jauh dari meneladani pendahulu-pendahulu kita yang shalih. Shaalihin dan shaalihaat. Wallahul musta'an. Na'udzu billah...

Terakhir, ada sebuah hadits yang menarik terkait dengan hal ini, bahwa puasa dan membaca Al-Qur'an akan memberikan syafaat kepada pelakunya di hari kiamat nanti. Telah shohih tersebut dalam hadits Abdullah bin Umar, diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Puasa dan Al-Qur’an keduanya akan memberi syafaat kepada hamba Allah pada hari kiamat. Puasa berkata: 'ya Allah, aku menghalanginya dari makan, minum dan syahwat di siang hari, maka berilah syafaat untuknya karena aku'. Al-Qur’an pun berkata: 'ya Rabbi, aku telah telah menahannya dari tidur di malam hari (karena membaca aku), maka berilah ia syafaat karena aku”.

Maka, yuk pemanasan dulu, persiapan, dan latihan banyak-banyak baca Al-Qur'an dulu. Televisi diliburkan sejenak dulu. Mudah-mudahan dengan begitu, Ramadhan kita kali ini menjadi Ramadhan yang penuh berkah, insya Allah. Aamiin

Tanya Kenapa? Kenapa Tanya?


Kenapa ya kita masih sering nggak yakin sama janji Allah?
Entahlah.. mungkin itu tanda iman kita keropos, kering karena jarang disirami oleh Al-Qur'an.
Mengapa kita terlalu sibuk ngurusin jodoh, Astaghfirullah..
Kenapa gak sibuk ngurusin hubungan dengan Dzat Yang Menjadikan kita berjodoh?
Jodoh itu gak akan kemana, dan memang gak akan kemana kalau kita gak kemana-mana.. tapi ya gak gitu banget kali, tiap hari yang dibahas masak 'jodooohh' terus.

Nikah itu gampang kok, gak sulit..
Yang membuatnya sulit adalah karena kita sok tahu, kita memaksa harus dengan siapa nikahnya. Kita mendikte Allah. Padahal Alah gak bisa didikte
Kalau nggak sama 'dia' pokoknya gak mau, padahal belum tentu 'dia' nya mau lho.. wkwk. Kalo kita mau jujur, banyak lho sebenarnya disana selain 'dia' yang udah ngantri sama kita.. wkwk
Justru kalau kita memaksa harus berjodoh dengan 'dia', padahal menurut Allah 'dia' nya gak cocok, bisa berabe.. Berapa banyak mereka yang sebelum menikah merasa seakan dunia milik mereka berdua, mengatakan tidak bisa hidup tanpa 'dia', tapi tak lama kemudian mereka berpisah, saling mengumbar aib di media massa setelah bercerai. Wal iyadzu billah..
Makanya, yuk pasrah.. tawakkal. Minta sama Allah agar agar Allah menjodohkan kita dengan 'dia' yang sudah tertulis di Lauh Mahfuzh. Minta. Minta. Minta. Lebih baik minta-minta sama Allah daripada ngemis kasih ke 'dia' bukan? Kalau kita gak minta, gimana mau dikasih?
Percayalah, dari sekian milyar orang di dunia, pasti ada jodoh kita disana.. dan gak mungkin ketuker. Allah itu Maha Teliti, gak mungkin salah menjodohkan. Palingan kalau gak sama 'dia', ya sama 'ia', atau sama yang lain. Pasti.
Percayalah, kalo udah rezeki memang gak akan kemana... iya bener. Kata Rasulullah, seseorang gak akan dicukupkan usianya oleh Allah (alias meninggal dunia) hingga rezekinya mendatanginya. kalo jatah rezekinya udah habis, baru usianya dicukupkan.
Jodoh itu juga rezeki. Rezeki, usia, senang, atau sengsara itu sudah ditakdirkan Allah. Dan gak ada yang bisa ngubah takdir kecuali Do'a. Do'a itu powerfull. Maka, sekali lagi, kita gak perlu sok tahu, banyak-banyakin aja do'a. Semoga Allah memberikan jodoh yang terbaik untuk kita semua. Aamiin. 

Indikator Ketulusan Persahabatan



Hak seorang sahabat dari sahabatnya adalah didoakan kemudahan urusannya. Oleh karenanya, saling mendoakan menjadi tradisi orang-orang shalih terdahulu. Mereka saling mendoakan saudaranya dalam diam. Mendoakan tanpa diketahui oleh sahabatnya. Dan ini termasuk do'a yang mustajab. Mereka mendahulukan doa untuk sahabatnya melebihi doa untuk dirinya. Ya mereka tidak pelit untuk mendoakan sahabat mereka.
Maka disebutkan dalam hadits shohih, dalam riwayat Muslim, dari Abu Ad Darda', ia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Tiada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) yang berjauhan, melainkan malaikat akan mendoakannya pula, "Dan bagimu kebaikan yang sama.'
Masya Allah, bayangkan jika kita mendoakan setiap sahabat kita dengan tulus. Para malaikat akan mendoakan kita juga, "Dan bagimu juga yang serupa". Luar biasa... Inilah salah satu tips sukses seorang muslim, Ya, banyak-banyak mendoakan sahabatnya yang lain. Tak salah jika Rasulullah dalam haditsnya yang lain mengatakan bahwa doa adalah senjatanya orang yang beriman.
Salah seorang ulama taabi'in' menuturkan indikator yang cukup berat bagi kita untuk menilai ketulusan persahabatan kita, "Seburuk-buruk teman adalah yang temannya sampai mengatakan kepadanya, 'Wahai sahabatku, tolong doakanlah Aku,'
Mengapa dikatakan seburuk-buruk teman? Ya karena sampai temannya tidak percaya kalau dia mendoaknnya. Kalau sampai teman kita minta didoakan, berarti ada ketidakpercayaan disana. Teman macam mana pula itu? yang sampai membuat teman lainnya tidak percaya kepadanya. Astaghfirullah.
Diriwayatkan bahwa ada seorang taabi'in yang tidak kurang mendoakan sahabatnya minimal 80 kali, atau 80 orang dalam setiap harinya. Dia mendoakan apa yang menjadi hajat saudaranya. Dia doakan kemudahan urusan sahabatnya, kelancaran rezekinya, keberkahan umurnya, kelancaran jodohnya, kebermanfaatan ilmunya, dan apapun itu. Dan tak heran kalau kemudian orang tersebut juga mendapatkan yang serupa dengan yang didoakan untuk sahabatnya.
Hehe.. Benar sekali ujaran seorang syaikh ketika ada seorang pemuda yang mendatanginya, meminta untuk didoakan agar Allah memberikannya jodoh."Tidak, aku tidak mau mendoakanmu," Kata syaikh tersebut, "Karena nanti aku takut mendapatkan yang serupa denganmu, padahal aku sudah menikah, dan aku tidak mau menikah lagi."
Wkwk.. Yuk, sama-sama saling mendoakan. Semoga Allah lancarkan urusan kita, memberkahi umur kita, dan melapangkan hati kita untuk menerima kebenaran. Baarokallahu fiikum

Download Gratis Murottal Humamuddin #MurottalHumamuddin


~H14 Ramadhan~

Alhamdulillah.. dengan pertolongan dan izin-Nya, selesailah rekaman murottal 30 Juz, yang sebenarnya ditargetkan rampung awal bulan ramadhan. Yah.. gakpapa.

Murottal ini sudah dipisahkan per surat file-filenya, totalnya sekitar 360 Mb. Silakan bisa diunduh di link berikut: http://bit.ly/MurottalHumamuddin Semoga bermanfaat! :-)
.

.
"Ya Allah,sungguh aku takut jika amal ini menjadi tidak ikhlas karena-Mu.

Ya Allah, sungguh aku khawatir jika aku termasuk orang yang kau katakan kelak kepadanya di hari kiamat, "Dusta, kau melakukan hal itu agar kau disebut Qori' dan kau sudah mendapatkannya", lalu dicampakkanlah orang tersebut pertama kali ke neraka-Mu.

Ya Allah, jadikan amalku segalanya ikhlas karena mengharap wajah-Mu, dan jadikanlah ini sebagai simpanan amal jariyah bagi kedua orang tuaku. Lapangkanlah kubur bapakku dan berikanlah kepadanya derajat yang tinggi di sisi-Mu.

Ya Allah, Berikanlah orang tuaku dan guru-guruku sebaik-baik balasan dari sisi-Mu. Engkau lah Dzat Yang Maha Memberi."

Kawan-kawan, tolong doakan saya juga ya agar diberikan istiqomah dalam kebaikan. Mudah-mudahan berbalas kebaikan pula kepada kalian.. Baarokallahu fii Umuurikum :""

Tergantung Kesetiaanmu Kepada Al-Qur'an




Sore ini, saya ditemui seseorang yang usianya kira-kira 10 tahun diatas saya, setelah sebelumnya ia menyelesaikan setoran hafalannya. Dengan penuh berseri, ia melemparkan tanyanya,

"Ustadz, saya itu kalau nambah hafalan gampang, tapi kok kalau murojaah itu sulitnya minta ampun, kok gampang lupa ya tadz, kenapa ya?"

Saya katakan, "Hehe, nggak papa.. itu tanda kalau kita masih normal. Allah sengaja kasih kita gampang lupa supaya kita sering-sering muroja'ah hafalan.

Coba seandainya Allah berikan kita tidak pernah lupa. Saya takut jangan-jangan kita malah akan jauh dengan Al-Qur'an, tidak pernah membaca dan mengulangnya lagi." :D

Yang paling penting dalam menghafal Al-Qur'an bukan seberapa cepat antum selesai, tapi seberapa setia antum dengan Al-Qur'an.

Kalau antum bener-benar setia dengan Al-Qur'an, Al-Qur'an akan datang sendiri kepada antum.

Kalau antum seneng berlama-lama dengan Al-Qur'an, Al-Qur'an akan berlama-lama dengan antum.

Kalau antum seneng berdekat-dekat dengan Al-Qur'an, Al-Qur'an akan seneng deket dengan antum.

Saya berani jamin, karena memang Allah udah jamin itu dalam surat Al-Qomar, coba cari ya ayatnya.. hehe :-)

'Wa laqod yassarnal Qur'aaana lidzdzikri fahal min muddakir' (Sesungguhnya Kami telah memudahkan Al-Qur'an untuk diingat, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?)

Mudah-mudahan Allah jadikan kita semua termasuk mereka yang rindu dengan Al-Qur'an dan Al-Qur'an pun merindukan mereka. Mereka yang tidak dilalaikan dengan perniagaan dan kesibukan mereka dari mengingat Allah.. :-)

Mereka Bukan Sembarang Orang, Hanya...





“Sungguh diantara manusia ada orang yang menjadi kunci kebaikan dan penutup pintu keburukan, dan sungguh ada juga yang menjadi kunci keburukan dan penutup pintu kebaikan. Maka beruntunglah orang yang Allah jadikan kunci kebaikan melalui kedua tangannya. Dan celakalah orang yang Allah jadikan kunci kejelekan melalui kedua tangannya". (HR Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al-Albani)

Ikhwah Fillah.. Bukankah kita mengangankan menjadi bagian dari mereka, pembuka pintu kebaikan dan penutup keburukan? Mengajarkan ilmu yang bermanfaat, bersedekah harta produktif, menyingkirkan bermacam gangguan bagi muslim lain, atau membiasakan berbagai kebiasaan baik, yang jika kebiasaan tersebut diteruskan generasi demi generasi. Mereka tetap mendapat royalti dan bagi hasil pahala walaupun mereka telah tiada. Tentu kita sangat mendamba bukan?

Jauh sebelum itu semua, yang sangat penting kita telisik adalah bersitan niat kita. Niat inilah penentu segalanya. Niat lah yang menjadikan tinggi kualitas amal kita. Apakah murni karena Allah atau masih terasuki niatan lain?

“Berapa banyak amalan besar yang menjadi kecil nilainya karena niat, dan berapa banyak amalan kecil yang menjadi besar nilainya karena niat.”

Bersitan niat ini memang sangat halus, halus sekali... bahkan terkadang kita tidak merasakannya. Merasa bahwa sudah ikhlas sekalipun itu menjadi bukti bahwa kita belum ikhlas. Subhaanallah.

Ikhwah Fillah.. kelak di akhirat yang pertama kali diadzab ternyata bukan pelaku zina, peminum khamr, atau pelaku dosa besar lain. Yang Allah lemparkan ke neraka pertama kali bukan orang sembarangan. Mereka orang-orang besar. Orang-orang keren. Orang-orang khusus dan spesial. Yang punya ‘nama’.

Siapa mereka? Mujahid, Penghafal Al-Qur’an, Ahli Sedekah. Mereka ini semua orang-orang besar, tapi niatan lah yang menentukan akhirnya. Wal iyadzu billah.

Kepada Mujahid, Allah tanyakan, “Dengan nikmat yang Aku berikan, apa yang telah kamu perbuat?” “Aku berjihad, berperang di jalan-Mu untuk menegakkan kalimat-Mu, Ya Allah.” Katanya. Tapi Allah bilang, “Dusta, kamu berjihad supaya kamu disebut pahlwan dan dielu-elukan, dan kamu sudah mendapatkannya.” Lalu diseretlah orang tersebut kedalam neraka.

Kepada Penghafal Al-Qur’an, Allah tanyakan, “Dengan ilmu dan Al-Qur’an yang Aku anugerahkan kepadamu, apa yang telah kamu lakukan?” “Aku gunakan untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada orang-orang, ngajar tahsin, ngajar tahfidz, siang malam tanpa kenal lelah, semuanya untuk-Mu. Ya Allah.” Katanya.

Tapi Allah bilang, “Dusta, kamu membaca Al-Qur’an supaya kamu disebut Hafizh, disebut Qori’, dan kamu sudah mendapatkannya.” Lalu dicampakkanlah orang tersebut kedalam neraka.

Kepada Ahli Sedekah, Allah tanyakan, “Dengan harta yang Aku rezekikan kepadamu, apa yang kamu perbuat dengannya?”

“Aku berinfak, sedekah untuk umat, bangun rumah tahfidz, bangun pesantren, bangun jalan raya, bangun rumah sakit. Semuanya untuk agamamu, untuk ummat pokoknya, Ya Allah.” Katanya.

Tapi Allah bilang, “Dusta, kamu lakukan itu semua supaya kamu dikenal dermawan, suka sedekah kan, dan kamu sudah mendapatkannya.” Lalu dimasukkanlah orang tersebut kedalam neraka.

Ngeri kan? Na’udzu billah min dzaalik.

Maka, perlu terus kita perbaharui niatan kita, terus menerus kita perbaharui. Baik sebelum, saat, ataupun sesudah beramal. Kenapa?

Ikhwah Fillah, setan itu pinter.. ketika akan beramal, setan membisiki kita, “Udah, gak usah kamu lakuin aja, ntar kamu jadi riya’ lho”. Dan akhirnya kita malah gak jadi beramal. Udah kalah sebelum berperang. Maka, yang penting lakukan aja. Niatkan ikhlas di awal, gak usah pedulikan nanti gimana.

Trus saat kita melakukan amalan, misalnya pas jadi imam tarawih. Setan kembali memunculkan bersitan di hati kita, “Eh, tuh di belakang ada akhwat sholihah pake kerudung hijau, kayaknya seneng sama bacaan Al-Qur’anmu.” Jadilah kena jebakan supertrap. Subhanallah.

Atau yang ketiga, saat setelah melakukan amalan, setan juga masih berusaha menggugurkan keikhlasan kita. Dimunculkan bersitan, “Eh, masak lu udah sedekah jadi donatur, gak disebut nama lu di acara. Kebangetan kan panitianya?” atau kayak gini, “Kamu tahu gak, lihat.. Jama’ah sampe nangis semua lho denger khutbahmu, keren memang kamu ini” Ya, dimunculkanlah rasa bangga, ujub atas amalan yang telah kita perbuat. Wal iyadzu billah. Ya Allah, halus sekali memang bersitannya..

Ini bukan berarti kemudian malah membuat kita enggan beramal, takut berbuat baik. Jangan. Kaidahnya adalah, “Siapa yang beramal karena selain Allah, maka dia telah berbuat syirik. Tetapi siapa yang tidak jadi beramal karena selain Allah maka dia telah berbuat riya.” Hal ini disebutkan oleh Fudhail bin Iyadh, salah seorang tabi’in.

Pengertian riya’ itu adalah meninggalkan suatu amalan karena orang lain. Bukan beramal karena orang lain. Kalau beramal karena pengen dilihat orang, pengen didengar orang, pengen dipuji orang. Itu udah jelas syirik. Syirik Ibadah. Beribadah atau beramal bukan karena Allah.

Ikhwah fillah, sekali lagi penting sekali kita melihat niatan kita, menata kembali keikhlasan kita. Kalau kita bener-bener ikhlas melakukan segalanya karena Allah, tetep ngajar TPA walaupun mungkin gak terkenal, tetep ngasih santunan ke fakir miskin tiap bulannya walaupun gak ada yang tahu, tetep istiqomah muroja’ah hafalan Al-Qur’an walaupun gak ada yang memuji, dan lain sebagainya.

Kalau kita bener-bener ikhlash, Allah langsung yang akan balas itu semua dengan caranya Allah. Allah akan membalas kita dari jalan yang tidak kita sangka sebelumnya. Dan semakin kita ikhlas, semakin kita kaya. Kekayaan itu berbanding lurus dengan keikhlasan. Banyak orang sudah membuktikan.

Akhirnya, mudah-mudahan Allah jadikan kita termasuk orang-orang yang ikhlash, yang setan tidak akan mampu menggelincirkan mereka sebagaimana disebutkan Allah dalam Al-Qur’an. Dan kita berdoa dengan doanya Umar bin Khattab di awal keislamannya, Allahummaj’al ‘amaliy kullahu sholihan liwajhika, “Ya Allah, jadikanlah amalku, seluruhnya ikhlas karena mengharapkan wajah-Mu. Ya Allah.” Aamiin

Kamis, 02 Juni 2016

------------------------------------------------