Sungguh, kurindu masa-masa itu. Saat kami begitu lugu hingga dipaksa tak bisa berakrab ria dengan ponsel. Saat facebook, twitter, line, instagram, dan semisalnya belum kami kenali. Hingga akhirnya semuanya berubah.
Sungguh, kurindu masa-masa itu. Saat kami begitu bersemangat dengan buku. Saat itu, mungkin televisi pun menaruh iri karena jarang kami lirik. Tapi semuanya berubah dengan cepat.
Kami berubah tanpa kami merasai. Kami ditipu-tipu tapi malah merasa nyaman dan gembira. Kami diperdaya tapi kami bangga. Hingga tatkala kami mulai menjauh dari Al-Qur'an pun, kami tak merasa gusar.
Masa itu, sehabis shubuh adalah waktu favorit untuk Al-Qur'an. Kantuk pun kami tahan. Bolak-balik wudhu tak masalah, yang penting kantuk tak menghinggap. Kini, semuanya berubah. Bangun tidur pun kami melupakan doa, dan kami merasa berat untuk tidak meraihnya kali pertama. Sampai tatkala timeline sudah terbuka, barulah nyaman terasa.
Masa itu, bakda isya' adalah saat bercengkrama bersama keluarga tentang seharian pengalaman. Yang ianya dikatakan berpahala. Kini, memang kami masih setia bercengkrama. Tapi masing-masingnya tertuju pada ponselnya. Hanya sesekali kami menanggapi dan menjawab tanya, itupun setelah pertanyaan yang diulangi. Walaupun begitu, entah mengapa kami tak berkeberatan.
Masa itu, kami menganggap tabu jika memegang ponsel saat bersantap hidangan. Dan kini, yang demikian dianggap biasa. Masa itu, kami tidak dianggap asing hanya karena tidak memilikinya, tapi kini kami berlomba bercanggih-canggih dengannya. Maka pada masa itu, kami tidak terlalu kecewa jika tak ketinggalan membawanya.
Kami rindu masa-masa itu. Saat kami tidak berbangga dengan banyaknya like and share, dan bersedih dengan sedikitnya. Tapi, kami yakin, saat ini mereka-mereka yang tidak terperdaya dengannya masih ada. Dan kami berharap menjadi salah satunya.
*Maaf, jika ada yang tersakiti karena saya unfriend di sosmed. Semoga ini lebih baik bagi kita bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar