Untaian hikmah kita pagi ini berasal dari seorang shahabat Rasulullah yang mulia. Seorang yang tanyanya pada Rasulullah diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Ahmad, dan termaktub di urutan ke-22 dalam Arbain Nawawiyah.
"Seorang lelaki datang kepada Rasulullah dan bertanya," Jabir radhiyallahu 'anhu bercerita, "Menurut engkau ya Rasulullah," ujarnya, "jika aku mendirikan shalat yang diwajibkan, berpuasa ramadhan, aku halalkan yanghalal, aku haramkan yang haram, dan tiada kutambah lagi sesuatu atasnya, apakah aku akan masuk surga."
Rasulullah bersabda, "Ya."
Syaikh Muhammad Tatay dalam 'Idhahu Ma'anil Khafiyyah fil Arba'in Nawawiyyah' menyatakan bahwa ternyata penanya tersebut, amal shalihnya tidak seperti pertanyaannya. Tidak ala kadarnya. Shahabat ini bahkan terkenal sebagai orang yang nyaris mewajibkan amalan sunnah nawafil untuk dirinya, dan selalu berusaha meneladani amalan Sang Nabi. Padahal ia memiliki keterbatasan jasadiyah. Ya. Dia pincang.
Beliau adalah salah seorang yang dijamin tidak akan masuk neraka oleh Rasulullah karena termasuk ahli Badr. Yang ikut serta dalam perang Badr. Dan kelak. ia menemui syahidnya di perang Uhud. Ia berteriak lantang di hari Uhud itu, "Aku bersumpah kepada-Mu, ya Allah, takkan tenggelam mentari hingga kugapai hijaunya surga dengan pincangku ini." katanya.
Maka permohonannya dikabulkan oleh Allah. "Sungguh, Nu'man telah berprasangka kepada Allah dengan persangkaan yang baik. Maka dia telah mendapati Allah sebagaimana sangkaannya. Sungguh telah kulihat dia bercengkrama dalam hijaunya surga, dan kini tiada lagi pincang di kakinya." Rasulullah menyampaikan sabdanya.
Ya. Penanya tersebut adalah Nu'man bin Qauqal Al-Khuzaa'iy. Seorang yang amat tawadhu' dengan berbagai macam amalnya yang tidak seada sekadarnya. Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan yang sebanyak-banyaknya. Lewat pertanyaan cerdasnya kepada Rasulullah, kita mengetahui bahwa ketika seseorang ikhlas menjalani, maka amal ibadah yang sekadar menggugur kewajiban dasar telah memasukkan seorang hamba ke dalam surga dengan ridha-Nya. Dengannya, kita tahu bahwa dengan rahmat-Nya, maka amalan standar yang penuh ikhlas dan sesuai yang diajarkan Rasulullah pun telah mencukupi. Walaupun tidak ditambahi sedikitpun.
Inilah dia, Nu'man bin Qauqal, seorang yang merendahkan kata, tetapi meninggikan karya. Dia bertanya tentang amal yang bersahaja, tetapi berkarya tanpa bisa diungkap kata. Seseorang yang amalnya lebih nyaring daripada bicaranya. Semoga kita juga dikaruniakan yang serupa. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar