Oleh: Humamuddin
Suatu hari, kamu harus menghadiri suatu acara penting, dan sebelumnya ada seorang teman yang sudah janji untuk menjemputmu di rumahmu pukul 07.30. Kamu sudah menanti-nantinya sejak jam 7 pagi. Tapi temanmu tak kunjung datang, kamu pun berjalan mondar-mandir di depan pintu, sambil sesekali melihat jendela. Jam sudah menunjukkan pukul 07.28. Tapi temenmu tadi belum dateng juga, dan kamu pun semakin gelisah, resah. Hingga kamu berpikir kalau sampai jam 7.30 dia gak dateng, bakal jadi berantakan semuanya karena kamu gak bisa datang di acara tersebut. Kamu sangat ingin marah. Tapi satu menit kemudian, pukul 7.29, kamu melihat dari jendela rumahmu, mobil temenmu sudah ada di depan. Lalu kamu pun akhirnya berangkat bersamanya.
Nah, coba perhatikan! Bukankah waktu satu menit tadi bagimu sangat berharga? Karena kalau temenmu gak dateng di waktu itu, semuanya akan berantakan. Dan sejak setengah jam lalu, bahkan kamu pun sudah gelisah menanti-nantinya. Dan setelah kamu melihatnya dari jendela pada akhirnya, kamu pun baru bisa tenang. Hehe..
Dalam kehidupan sehari-hari, hal demikian memang sering terjadi, tapi dalam bentuk lain. Kadang kita terlalu mengkhawatirkan rezeki kita. Kita gelisah ketika ada teman kita yang mendapatkan sebuah pencapaian, sementara kita belum mendapatkannya. Kadang kita terlalu khawatir akan jodoh kita. Kita galau memikirkan kondisi kita saat ini, dan seterusnya.
Ikhwah fillah! Bukankah kita masih bisa bernafas? Coba sekarang silakan tahan nafas 5 menit saja, bisa gak? Saya yakin gak bisa. Kenapa? Karena oksigen yang kita hirup itu memang sudah dipaksa Allah masuk ke dalam diri kita. Oksigen itu rezeki, dan dia memang sudah dipaksa Allah untuk kita gunakan bernapas. Maka kita pun bahkan kesulitan untuk menahannya. Nah, jodoh kita, rezeki kita masing2 sebenernya juga seperti itu. Rezeki kita itu sudah dipaksa Allah buat kita. Maka sejatinya kita tidak perlu mencari. Rezeki kita sudah ada masing2. Hanya perlu menjemputnya, mengusahakannya, berikhtiar, dan seteruanya. Hanya saja, kadang kita lah yang menjadikan buram jendela kita, sehingga kita tidak bisa melihat kalau rezeki kita, sebenarnya ada di sekitar kita. Maka jangan buramkan jendela kita! Jaga ia supaya tidak buram.
Apakah jendela yang dimaksud? Jendela itu adalah ketenangan. Ya ketenangan. Gak perlu gelisah, gak perlu galau, gak perlu khawatir, udah cool aja, tenang. Bukankah kalaupun kita mendapatkan emas segunung yang kita inginkan tetap adalah ketenangan. Kalaupun kita mendapatkan sebuah pencapaian, bukankah yang kita inginkan adalah ketenangan? Kalaupun kita menikah, yang kita inginkan juga sebuha ketenangan? Apa artinya semua yang kita punya jika kita tidak tenang, tidak tenteram. Ya gak? Nah. Rezeki kita udah ada di sekitar kita, masa depan kita juga sudah mulai tampak, jodoh kita juga sudah ada. Maka tenanglah.
Nah, trus gimana caranya biar jendela kita tidak buram? Biar gak gelisah? "Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram."[Ar+Ra'du: 28]. Ya hanya dengan dzikir. Kalau kita sudah menyatakan diri sebagai orang yang berpasrah diri kepada Allah, maka hanya dzikir lah penenang kita. Semakin kita tenang, cool. Rezeki itu akan semakin mendatangi kita. Tapi, kalau kita galau, gelisah, gak tenang, maka jendela kita akan menjadi buram, kita tak bisa melihat bahwa sejatinya Allah sudah siapkan rezeki kita. Ia ada di sekitar kita. Maka, yuk mari perbanyak dzikir. Semoga Allah berikan keberkahan dan keberlimpahan rezeki pada kita semua. Aamiin 😊😊
Tidak ada komentar:
Posting Komentar