Rabu, 27 Januari 2016

Gak Ujug-Ujug (Sebuah Tinjauan Mengenai LGBT)


~ “Maka pernahkah kau lihat orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya (sesudah sampai ilmu kepadanya), Allah kunci mati pendengaran dan hatinya dan Allah letakkan tutupan pada penglihatannya? Maka siapakah yang dapat memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” [Q.S Al-Jatsiyah: 23]~

Medsos kita belakangan ini diramaikan kembali dengan isu seputar ‘gay’, atau lebih lazim diganti dengan istilah ‘LGBT’. Para liberalis yang mengaku-ngaku pembela HAM pun ikut-ikutan bersuara, menuntut dilegalkannya pernikahan sejenis di Indonesia. Mereka berkiblat pada negara-negara yang telah melegalkan same sex marriage. Kalau disana bisa, kenapa Indonesia tidak ngikut saja.

Yang tak kalah menarik, tak begitu mengherankan memang, Amerika yang dua dekade sebelumnya sangat tertutup terhadap isu-isu gay dan lesbian, pada 4 Juli 2015 lalu berbalik 180 derajat, menjadi salah satu penjamin keberlangsungan nafsu kaum gay dan lesbian ini. Fenomena ini tidak terjadi serta merta begitu saja, gak ujug-ujug berubah. Ada skenario dan proses yang tergarap di belakangnya dengan cerdas, culas.

Dibutuhkan fakta untuk meyakinkan masyarakat, untuk mengubah kultur masyarakat. Dan yups, saat ini fakta bisa dengan mudah dibuat, bisa direkayasa, dan sangat bisa diciptakan. (Tentu, di dalam islam cara seperti ini tidak diaminkan). Nah, para liberalis ini sadar bahwa mereka harus membuat fakta. Mereka berdiri dibalik slogan-slogan HAM untuk memuluskan kepentingan mereka. Mula-mula, mereka menyebarkan pengaruhnya melalui tayangan televisi, media massa, dan games. Lalu, sedikit demi sedikit mereka mulai berani menampakkan diri. Salah satunya, Tim Cook, CEO-nya Apple, yang dengan bangganya menyatakan dirinya seorang gay, diikuti New York Times yang dengan ‘istiqomah’ mengekspose pernikahan sesama jenis (same sex marriage). Dan ini terus mereka jalankan dengan stuktur yang rapi dan sistematis. Hingga lambat laun, gay dan lesbian dianggap sebagai kelompok yang wajar ada dalam masyarakat. Inilah sebenarnya yang terjadi di banyak negara yang sudah melegalkan pernikahan sejenis. Ini pula lah yang ingin dicapai para penggiat LGBT di Indonesia. Wal iyadzu billah.

Dan yang lebih parah lagi, para liberalis sengaja membuat seolah-olah penganut agama itu kolot, dan sekali lagi, dengan berlandaskan hak asasi manusia, solah-seolah siapapun orangnya, kiranya belum afdhal, belum dianggap bijak, jika belum mencampakkan agama.  Pengaku cerdik cendekia itu mengklaim sudah tidak zamannya lagi berbicara berdasarkan teks-teks agama, itu tidak modern. Hanya mereka yang sudah mampu berbicara tanpa sertakan islam lah yang dikatakan kaum cendekia, selain itu tidak.  Fobia terhadap islam sengaja diciptakan dan dipelihara. Kebebasan semu yang tak jelas asasnya digaung-gaungkan. Dan itu semua katanya atas dasar toleransi, toleransi yang terlalu dipaksa-paksakan.

Seolah nasihat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu terngiang kembali di telinga, “Kebaikan yang tidak terstruktur kan tergilas oleh kemungkaran yang sistematis.” Dan seolah pula, oleh karenanya Allah ingatkan kita agar meneguhkan barisan dalam dakwah, agar tidak terjadi kekacauan di bumi akibat ulah mereka, “Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi penanggung sebagian lain. Jika kamu (muslimin) tidak melakukan diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.” [Q.S Al-Anfal: 73]. Alhasil, jika benteng iman yang kokoh tidak dibangun, hujjah dan alasan yang kuat tidak disiapkan, pasal dan aturan tegas tidak dirumuskan, dan media massa tidak dikontrol sejak dini, tidak menutup kemungkinan perilaku kaum Luth ini, suatu saat akan dianggap wajar oleh generasi mendatang. Wal iyadzu billah.

~~~~~~~~~~~~~~~

Dalam islam, semua hal telah Allah atur dengan penuh keelokan, anggun, dan sempurna. Telah tegas dan jelas pula, larangan untuk berbuat liwath, yang merujuk pada amalan kaum luth, yaitu berhubungan seks dengan sesama jenis. Allah menyebut pelaku liwath (LGBT) ini dengan sebutan ‘aaduun, orang yang kelewat batas. Akibat laku-laku mereka yang menyalahi aturan Allah. Perhatikan ayat berikut, “Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki diantara manusia, dan kamu campakkan istri-istri yang Rabb-mu jadikan untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang kelewat batas." [Q.S Asy-Su’ara`: 165-166].

Allah juga menyebut kaum luth dengan sebutan ‘qoumun tajhaluun’, kaum yang pandir, bodoh. Akibat tidak mengenal hak Allah atas mereka, dan bermaksiat kepada rasul. Perhatikan ayat berikut, "Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang pandir". [Q.S An-Naml: 55].

Allah juga menyebut kaum luth dengan sebutan yang ‘tak berakal’ secara implisit,  karena walaupun sudah ditawarkan kepada mereka puteri-puteri Luth alaihissalam yang suci untuk dinikahi, mereka tetap menolak. “Dan datanglah kepadanya (Luth alaihissalam) kaumnya dengan bersigegas. Dan sejak dahulu, mereka selalu mengerjakan laku-laku keji. Luth berkata: "Hai kaumku, inilah para puteriku, mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan jangan kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tiadakah diantaramu seorang yang berakal?" [Q.S Hud: 78].

Perbuatan liwath (LGBT) dalam islam termasuk salah satu dosa besar. Imam Adz-Dzahabi rahimahullah memasukkannya dalam urutan dosa besar ke-11 dalam Al-Kabaair nya. Nah, ada sesuatu yang cukup menarik untuk kita jadikan perhatian, terutama para lelaki agar tidak terjebak pada perbuatan liwath, wal iyadzu billah.

Para ulama’ ternyata melarang keras seeorang untuk memandangi, dan berduaan dengan pemuda amrad. Siapakah gerangan pemuda amrad? Mereka adalah pemuda yang belum tumbuh kumis, cambang, dan jenggotnya. Lalu, mengapakah begitu? “Diantara para pemuda amrad itu,” kata imam Adz-Dzahabi, “..ada yang ketampananannya jauh melebihi kecantikan seorang wanita. Maka fitnahnya pun lebih besar, bersebab ada kejahatan yang bisa dilakukan dengannya yang tidak bisa dilakukan kepada wanita. Juga, ada kejahatan yang lebih mudah dilakukan berhubungan dengannya dibandingkan berhubungan dengan wanita.”

Dalam keseharian pun, kita akan lebih mudak tertarik berhubungan dan berinteraksi dengan laki-laki berpenampilan menarik, berparas menawan, berkulit bening, rambut tersisir rapi, dengan harum-haruman dan wewangian tercium darinya, dan seterusnya. Ini dari sudut padang laki-laki lho ya, Hehe.. Apalagi dari penilaian dan sudut pandang seorang wanita. Lebih menarik lagi tentunya! Hehe..

Oleh karenanya, sebagian tabi’in sampai mengatakan, “Tiada yang lebih kukhawatirkan pada seorang pemuda ahli ibadah, termasuk binatang buas sekalipun, selain pemuda ‘amrad yang mendatanginya.” Hal ini disebabkan fitnahnya yang jauh lebih besar daripada wanita.

Dikisahkan, suatu waktu, Sufyan ats-Tsauri masuk ke pemandian umum. Tetiba saja, masuklah seorang anak berwajah tampan. Sufyan lalu berkata, “Keluarkan ia dari sini. Sungguh, aku melihat bersama setiap wanita itu ada satu setan, namun aku lihat bersama setiap pemuda tampan itu ada belasan setan.”

Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah, yang terkenal dengan keshalihannya, pernah didatangi seorang lelaki, dan bersamanya ada seorang pemuda tampan. Melihat hal itu, Imam Ahmad bertanya, “Apa hubunganmu dengannya?” “Ia keponakan saya”, lalu kata beliau, “Lain kali, jangan kesini bersamanya, juga jangan berjalan di muka umum bersamanya supaya orang yang tidak mengenalmu atau mengenal dirinya tidak berprasangka buruk kepadamu!”

Itulah nasihat yang diberikan oleh para pendahulu kita yang sholih, khususnya bagi kaum lelaki. Ya, hati-hati dengan pemuda amrad, karena sekali lagi, terkadang fitnah mereka jauh lebih besar daripada seorang wanita. Tentu, bukan berarti kemudian dibolehkan berkhalwat, berduaan, dengan wanita yang bukan mahrom, Bukan, bukan.. karena tentu saja fitnahnya juga sangat besar. Wal iyadzu billah, kita bermohon perlindungan kepada Allah.

Memang, nafsu syahwat selalu mengajak kepada perbuatan tercela. Tapi bersabar menahan nafsu itulah yang lebih utama. Dalam islam, zina dan liwath termasuk dosa besar.  Dan Allah berikan jaminan yang sangat menentramkan ketika kita mampu menjauh darinya, “Jika kamu jauhi dosa-dosa besar yang terlarang bagimu melakukannya, niscaya Kami hapuskan dosa-dosamu yang kecil, dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” [Q.S An-Nisa’: 31]. Jadi, Allah berikan penegasan, jika kita jauhi dosa-dosa besar, Allah akan tutupi dan hapuskan kesalahan-kesalahan kita. Alangkah nikmatnya!

Terakhir, supaya tidak terperosok ke dalam perbuatan liwath ini, maka sudah merupakan suatu keniscayaan bagi kita untuk terus belajar, berkumpul bersama dan mengais ilmu dari para shalihin shalihat,  Ada satu nasihat baik dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu yang patut kita renungi, “Jadilah kau ‘Alim (orang yang berilmu), atau muta’allim (orang yang belajar), atau mustami’ (orang yang mendengarkan ilmu), atau muhibb (orang yang mencintai ilmu), dan jangan menjadi orang kelima, sehingga kau celaka.” Wallahu A'lam bish Shawab.

"Lan tashluha haadzihil ummah illa bimaa sholuha bihii awwaluhaa" 'Generasi akhir ummat ini tidak akan menjadi baik, melainkan dengan mengikuti konsep dan metode yang menjadikan ummat terdahulu baik.'  [Imam Malik bin Anas rahimahullah]

Kamis, 21 Januari 2016

Sesuatu Itu Bernama Cinta


[Part 1]

Pernah suatu waktu, saya tanyakan kepada ibu, “Bu, kenapa kok masakan ibu selalu enak sih?”, “Resepnya apa ya?

Sambil tersenyum, beliau menjawab, “Resepnya cuma ada satu, cinta..”

“Kok bisa bu..”, tanya saya. “Ya, masaknya pake cinta, cinta supaya anak-anaknya bisa makan enak, sehat, dan gak sakit.” Kata beliau.

Pernah di lain waktu, saya tanya lagi, “Bu, kok ini sayurnya enak sekali sih.. nama sayurnya apa?”

“Namanya...,” kata ibu saya, “Ini sayur sak sae, (terserah), hehe..”
“Beneran kok bu, namanya sayur apa?” saya penasaran.
Ibu saya dengan santainya bilang, “lha iya bener, namanya sayur sak sae, coba aja kamu cari sayur kayak gitu di luar, gak bakalan ada.” “Wong ibu aja gak tahu nama sayurnya apa.. yang penting enak, bisa dimakan kan? Hehe...” Lanjut beliau
“Hehe.. iya bu, enak banget.”
Ya, memang seperti itulah Ibu saya, beliau pintar memadupadankan masakan, dan harus saya akui, masakan ibu selalu enak, entah kenapa. Saking enaknya, setahu saya, bapak jarang sekali makan di luar, mesti selalu makan di rumah. Dan rupanya itu nular ke anak-anaknya.
Bahkan, seringkali saya hanya makan dua kali sehari, makan pagi saat berangkat dan sore saat pulang lagi ke rumah. Kadang cuma sekali. Saya rela menahan lapar, tidak makan siang, tidak makan di warung atau yang sejenisnya, hanya untuk bisa makan enak di rumah.. hehe.
Saya juga aneh memang.. hehe

Tapi, satu hal yang saya tahu pada akhirnya kenapa masakan ibu selalu enak, “Ya, sesuatu itu adalah cinta.”
______________________________________

[Part 2]

Lain waktu lagi, ketika kami panen rambutan di kebun belakang rumah. Setelah puas memetik rambutan, saya lalu mengupas satu dan memakannya. “Hmm.. manis sekali. Ini kalau cuma ngambil satu nggak enak nih, enaknya kalau ngambil banyak, hehe...”

“Bu, kok rambutannya bisa manis banget gini ya? Beda sama yang dijual di pasar sih?”, saya ngasal tanya.

Ibu saya bilang sambil setengah bercanda, “Ya iyalah, ini dulu rambutan yang nanam bapakmu. Nanamnya aja pake cinta kok, ya jelas enak, manis, hehe..”

Saya heran, “Pake cinta gimana maksudnya bu?” sambil mengernyitkan dahi.

“Ya, pake cinta, supaya anak-anaknya bisa ikut ngerasain, cucu-cucunya juga nanti supaya bisa ikut ngerasain..“ Beliau jawab dengan santainya.

“Haha.. bener-bener. Masya Allah.” Batin saya.

Memang inilah kebiasaan baik bapak kami dulu, yang mungkin perlu kami teruskan. Di sela-sela kesibukan beliau bekerja dan mengajar, beliau dulu sering mengajak kami, anak-anaknya, untuk sekali waktu menanami pekarangan di belakang rumah dengan berbagai macam tetanaman dan pepohonan, mulai dari singkong, bayam, mentimun, jagung, nangka, alpukat, leci, rambutan, pepaya, pisang, jeruk bali, jeruk purut, mangga, kedondong, jambu biji, jambu merah, jambu air, matoa, sawo, markisa, dan masih banyak lainnya lagi.

Praktis, karena ditanami banyak tetanaman dan pepohonan, ketika musim buah tiba, kami tinggal milih mau buah apa, dan tinggal petik atau panen sendiri. Bahkan terkadang saking banyaknya, sampai harus dibagi-bagi ke tetangga kiri-kanan. Dan ini sangat menyenangkan.

Pernah, suatu ketika, saya tanya ke beliau, “Bapak, kenapa kok bapak nanam banyak sekali pohon? Nanti jadi kayak hutan lho kebunnya, hehe...”

Sambil melihat saya beliau bilang, “Mam, kamu sekarang mungkin belum ngerasakan manfaatnya, tapi nanti suatu saat bakal nikmatin hasilnya,” Lanjut beliau, “Apalagi kalau sampai kamu nanti bisa makan buahnya, baru tahu enaknya, nanam pohon ini juga sedekah kok.”

“Bapak, Lha kok bisa jadi sedekah, gimana itu?” saya bingung.

“Nanti kalau ini udah gede, trus buah, buahnya jatuh, diambil orang, atau dimakan burung, kan jadi sedekah juga.” Beliau menjelaskan.

“Oh ya, bener juga.” 

Dan pada akhirnya saya tahu kenapa bapak menanam banyak sekali tetanaman itu untuk kami, “Ya, sesuatu itu bernama cinta.”
_________________________________________

[Part 3]

Saya kemudian memikirkan bagaimana Allah sangat mencintai saya. Saya diberikan kedua orang tua yang luar biasa, yang mendidik dan merawat saya dengan penuh kasih sayang. Dan, saya rasa teman-teman juga merasakan hal yang serupa. Mudah-mudahan... kalaupun tidak, maka mari kita sadari betapa Allah itu sangat baik, sangat pengasih, dan sangat sayang kepada kita. 

Bahkan kasih sayang-Nya kepada kita melebihi kasih sayang orang tua kita kepada kita. Dia sangat menginginkan kebaikan untuk hamba-hamba-Nya. Coba perhatikan nikmat-nikmatnya berikut:

Kita dilahirkan ke dunia dalam keadaan sempurna, tidak cacat, tidak mengalami kelainan kongenital (bawaan). Masya Allah.

Kita dilahirka ke dunia ini dari orang tua yang muslim, yang mengenalkan kepada kita nikmatnya Islam. Mengenalkan kepada kita Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dan sampai saat ini, kita masih diberikan kehidupan, jantung kita masih berdetak dengan baik, (tidak ada murmur, pansistolik, klik ejeksi, atau lain sebagainya, hehe)

Kita masih bisa bernapas dengan normal, tidak perlu alat tambahan. Kita bisa melihat dengan sempurna, mendengar dengan jelas, memegang sesuatu, berjalan, berlari, merasakan kasar dan halus, bahkan berpikir dengan sempurna.

Bukankah itu nikmat yang luar biasa?

Allah berikan itu semua kepada kita secara cuma-cuma, padahal kita masih sering bermaksiat, melihat yang haram, mendengar yang terlarang, berbicara keji, memakan yang tidak thayyib, mengambil yang bukan hak kita, dan berbagai maksiat lainnya, tapi mengapa Allah tidak serta merta mencabut semua nikmat tersebut, atau bahkan mencabut langsung nyawa kita melalui malaikat-Nya?

Bahkan sebaliknya, Dia memberikan waktu kepada kita untuk kembali kepada-Nya, bertaubat dengan taubatan yang sesungguhnya. Mengapa begitu?

Allah itu sangat cemburu jika cinta-Nya diduakan. Ya, Allah sangat Pencemburu, melebihi siapa pun, sebagaimana diriwayatkan dari Asma’ binti Abu Bakar radhiyallahu’anhuma, suatu saat dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada seorang pun yang lebih pencemburu daripada Allah ‘azza wa jalla.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kapan Allah cemburu? Allah sangat cemburu ketika ada hamba-Nya yang mendatangi sesuatu yang haram. Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “..... Adapun kecemburuan Allah itu akan bangkit tatkala seorang mukmin melakukan sesuatu yang Allah haramkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Alhasil, pada akhirnya kita harus tahu mengapa Allah begitu cemburu,  “Ya, sesuatu itu bernama cinta.”

Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, dan dosa kedua orang tua kami, sebagaimana mereka mengasihi kami pada waktu kecil.

Ya Allah, hidupkanlah kami diatas iman, dan matikanlah kami dalam keadaan muslim, wafatkanlah dalam keadaan khusnul khotimah.

Ya Allah, tolonglah kami untuk selalu mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah kepada-Mu dengan sebaik-baiknya.

Ya Allah.... Jadikanlah Ibu dan Bapak kami.....
termasuk orang-orang, yang Neraka (saja) berbicara kepada mereka:"Berlalulah kamu (dariku).... karena cahayamu telah memadamkan apiku"
dan termasuk orang-orang, yang Surga (sampai) berbicara kepada mereka: "Terimalah... karena aku telah sangat merindukanmu (sejak) sebelum melihatmu."

Selasa, 19 Januari 2016

#Serial Tips Tahfidz Keren-1



           الحمد لله العزيز الكريم, رب العرش العظيم, خالق الانسان فى أحسن تقويم, و الهادى عباده الى الصراط المستقيم, وأدخل المؤمنين في جنة النعيم, والكفار في نارالجحيم.
  الصلاة والسلام على من بعثه الله ليتمم مكارم الأخلاق, قائد الخندق, المقاتل فى الحق, وهو الذي يأكل الطعام ويمشى فى الأسواق, وهو أتقى الناس و أحسنهم خلقا وخيرهم عملا وأعظمهم درجة عند الناس وعند الله.

Amma ba’du, alhamdulillah yang dengan nikmat-Nya sempurnalah segala kebaikan. Tidak dipungkiri bahwa menghafalkan Al-Qur’an adalah cita-cita dan keinginan setiap muslim. Dan alhamdulillah, tren menghafalkan Al-Qur’an saat ini sudah menjadi kesadaran umum. Terbukti dengan menjamurnya rumah-rumah tahfidz, lembaga-lembaga tahfidz, dan komunitas-komunitas yang concern dengan Tahfidzul Qur’an. Mudah-mudahan semangat ini terus terjaga, dan mudah-mudahan ini dapat menjadi awal perubahan besar bagi bangsa ini!

Sudah sejak lama sebenarnya saya ingin menulis untuk membagikan pengalaman dan gagasan yang saya dapatkan selama belajar dan mengajarkan Al-Qur’an. Ya, hanya tulisan sederhana, tidak muluk-muluk. Gagasan-gagasan tersebut terus berkecamuk dalam pikiran saya hingga akhirnya terbersit ide untuk menulis sebuah e-book yang ringkas dan sederhana, yang nantinya bisa diakses dan dimanfaatkan oleh setiap orang.

Ebook ini adalah ebook pertama saya yang berisi tips mengetahui suatu ayat terletak pada halaman berapa dalam Al-Qur’an, dimana akan saya arahkan dalam 3 pembahasan yang singkat dan jelas. 

Kritik, saran, serta tegur sapa dari pembaca semua sangat saya harapkan. Akhir kata, mudah-mudahan Allah jadikan usaha ini ikhlas karena mengharap wajah-Nya, dan dapat menjadi pemberat timbangan amal kelak di yaumul akhir. Aamiin.

NB: Ebook #Serial Tips Tahfidz Keren-1 ini bisa didownload gratis pada link berikut (background gelap), atau link berikut (background terang)  Semoga bermanfaat!

Sukoharjo, 8 Rabi’ul Akhir 1437 H


Yang tertawan oleh dosanya,


Humamuddin

alaikalhamdu@gmail.com

Minggu, 17 Januari 2016

NASHEED RAHMAN RAHMAN, BY MISHARI RASHID AL-AFFASY


*lirik
-------------------------------------------------------------------------------
رحمن يا رحمن ساعدني يا رحمن
Rahman, ya Rahman.
Bantulah aku..Ya Rahman
اشرح صدري قرآن, أملأ قلبي قرآن, واسقي حياتي قرآن
Lapangkanlah dadaku terhadap Al-Qur’an.
Isilah hatiku dengan Al-Qur’an.
Sirami hidupku dengan Al-Qur’an
لله لله يهفو أملي لله, ولحفظِ كتابِ الله
Lillah, Lillah, Begitu mendalam keinginanku karena Allah.
Untuk Menghafalkan Kitabullah
من أولِ باسم ِ الله, للختم وللرضوان
Dari awal “Bismillah…”
Untuk khatam dan (memperoleh) Ridho Allah
رحمن يا رحمن ساعدني يا رحمن
Rahman, ya Rahman.
Bantulah aku..Ya Rahman
اشرح صدري قرآن, أملأ قلبي قرآن, واسقي حياتي قرآن
Lapangkanlah dadaku terhadap Al-Qur’an.
Isilah hatiku dengan Al-Qur’an.
Sirami hidupku dengan Al-Qur’an
يا نور يا نور, يا مــُـحكم يا تنزيل
Cahaya…Wahai cahaya.
Wahai yang sempurna, yang diturunkan...
لمحمد عن جبريل, من رب العرش دليل, للعالم والأنسان
Untuk Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, melalui Jibril
Dari Pemilik Arsy (Allah), sebagai bukti...
Bagi alam semesta dan manusia
تكبير تكبير, للحافظِ وهو صغير
Takbir!…..Takbir!....
Untuk Hafidz (yang telah belajar dan menghafalkan Al-Qur’an), sedari kecil
وضـّاء العين قرير, يحملُ فجراً ليــُـنير,
Mata menerangi dengan ketenangan dan kedamaian…
Yang membawa fajar baru, untuk menerangi
بتلاوته الأكوان
Alam semesta, dengan tilawah Al-Qur’annya
الله الله اللهم اجمعنا, بكتابك و انفعنا
Ya Allah, Ya Allah, kumpulkanlah kami..
Bersama Kitabmu,
dan Berikanlah manfaat kepada kami dengannya
واجعله لنا حصنا, وهدى أبدا وأمان
Jadikanlah (Kitabmu) Benteng bagi kami...
Petunjuk dan pembawa ketentraman yang kekal abadi…
--------------------------------------------------------------------------------------
Comment