Memang tidak mudah mengemudi hati agar tak terjerembab dalam jumawa dan rasa yang tidak perlu lainnya, yang mengganggu keikhlasan. Terlebih bagi mereka yang terlahir dari orang tua yang punya 'nama'. Tapi, bagi mereka yang ridho dengan ketentuan-Nya, Allah jadikan hatinya tulus ikhlas dengan izin-Nya. Dan Allah jadikan mereka sebagai pelajaran bagi kita.
Masih ingatkah kau, kawan.. dengan orang tua yang duduk di kursi roda bersebab lumpuhnya, yang kemanapun pergi harus diantar. Tapi semangat yang keluar dari lisannya mampu menggerakkan muda tua Gaza melawan pendudukan Israel. Pemimpin pejuang Hamas yang kediamannya sangat bersahaja. Tapi lisannya ditakuti oleh Tel Aviv hingga Washington, hingga akhirnya ia dirudal dan menemui syahidnya (insya Allah).
Ia adalah Syaikh Ahmad Yasin. Yang seandainya kita mendengar ujarannya, bengkok niatan kita, dengan izin Allah, akan sirna. Beliau habiskan hartanya untuk jihad, merintis dan melanjutkan perjuangan. Universitas Islam Gaza lah salah satu yang dirintisnya. Di sini lah, putra Syaikh Ahmad Yassin bekerja. Bukan sebagai rektornya. Bukan pula sebagai dekan, atau petinggi kampusnya. Melainkan sebagai tukang kebun kampus yang indah ini.
"Alhamdulillah, saya diberi kesempatan untuk melanjutkan amal jariyah yang dirintis oleh Ayah saya. Dulu dia mendirikan kampus ini dengan tangannya, dan sekarang saya yang menjaga bebunganya, dan menyirami tetanamannya. Alhamdulillah." Hanya inilah jawaban putra beliau ketika ditanya.
Hati kita bergemuruh. Kita tentu sulit menerima ini. Padahal ayahnya adalah petinggi para mujahid. Seandainya dia mau, dia tentu bisa meminta kedudukan itu, tapi itu tidak dilakukannya. Ia memilih melakukan amal tersembunyi. Atqiyaaul Akhfiyaa'. Orang-orang shalih yang tersembunyi. Orang-orang ikhlash semacam ini Allah hadirkan dalam kancah dakwah dan jihad sebagai cerminan diri kita, pengingat dari khilaf kita yang tak disengaja.
Bagiamana pula rasa yang hadir di dada kita? seandainya kita datang ke Gaza, bertemu dengan salah satu saudara kita disana, kemudian ia katakan kepada kita, "Kalian telah datang kemari dari negri yang jauh. Bukan karena ikatan darah, bukan karena urusan dagang, hutang, atau muamalah. Maka semoga Allah murnikan niatan kita dan menyatukan kita dalam jihad dan kesyahidan yang suci".
Apa yang kau rasakan kawan? Tentu rasa cinta imani lah yang menyergap dalam raga ini, bukan?
Seandainya kita selalu mengingat perjuangan saudara-saudara kita di Gaza, Suriah, dan negara di wilayah Syam lainnya yang membayar mahal dengan harta, darah, bahkan nyawa mereka. Tentu kita akan jauh dari rasa cinta syahwati yang semu kepada lawan jenis.
Seandainya kita tahu pengorbanan mereka yang berjuang di wilayah Syam (saat ini meliputi wilayah yang disebut Suriah, Lebanon, Yordania, Palestina, dan sebagian Turki). Apalagi sampai datang dan menyaksikan sendiri. Gerimis kerinduan hati kita akan bertambah deras tentunya.
Seandainya kita tahu kondisi mereka yang Allah takdirkan mewakili kita di garis terdepan untuk memerangi keganasan Zionis Israel, (yang jika tidak mereka wakili, pastilah negara-negara muslim lainnya akan binasa), tentulah mudah-mudahan bengkok retak niat kita kan hilang.
"Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam." [Qs. Al-baqoroh: 251]
*Foto ini diambil saat pelantikan pengurus Imaarotu Syuunith Tholabah 1431 H. Semoga dimanapun kalian berada saat ini, Allah persatukan hati kita dalam jalan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar