Masa-masa itu adalah masa yang sulit bagi seorang Umar bin Khattab, hingga tersebutlah dalam sejarah sebutan Tahun Abu. Bagaimana tidak? Paceklik berkepanjangan tengah melanda Madinah saat itu. Penduduknya mengalami kelaparan dimana-mana. Tetumbuhan tampak layu dan mengering. Tetanaman gagal panen. Persediaan gandum di pasar-pasar menipis. Binatang ternak tampak kurus kering, menyedihkan, sebagiannya justru mati kelaparan. Tanah seakan menghitam, kering, tampak seperti abu.
Umar tentu tidak tinggal diam melihat keadaan seperti ini. Berkali-kali ia menyembelih unta sedekah agar dagingnya bisa dibagi-bagi kepada penduduk Madinah. Ia kelilingi rumah demi rumah tiap malam untuk memastikan tidak ada anggota keluarga bermalam dalam keadaan lapar. Umar yang terbiasa makan dengan daging, minyak samin, dan gandum rela untuk makan sekadarnya hanya untuk memastikan tidak ada rakyatnya yang menahan perutnya karena lapar. Melihat kepedihan dan kesulitan yang dirasakan oleh rakyatnya, Umar sangat khawatir jika rakyatnya binasa bersebab kepemimpinannya maka ia berdoa kepada Allah dengan penuh tunduk. “Ya Allah, Jangan jadikan kehancuran umat Muhammad berada di tanganku.”
Satu hal yang cukup mengeherakan saat itu. Walaupun Madinah tengah dilanda kekeringan dan kelaparan yag sangat dahsyat. Tidak satupun kaum muslmin yang berebut bahan makanan sebagai pengganjal perut. Justru dari sedikit yang masih mereka punyai, masing-masing berusaha berbagi dengan yang lain. Masya Allah... Inilah gambaran kasih sayang karena iman!
Masa-masa seperti itu pasti lah pernah datang menghampiri kita. Masa-masa yang menjadi pembuktian iman. Masa-masa pelatihan ketegaran dan kesabaran. Masa-masa sulit itulah yang menguji semangat dan tawakal kita. Masa-masa itu pasti akan menyapa, tidak akan sama memang skenarionya, tapi mesti mirip-mirip karena Ianya adalah sunnatullah.
“Dan sungguh akan Kami berikan ujian kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqoroh: 155)
Pun, kekahawatiran kita terhadap Metamorphosa kali ini adalah salah satu bentuk ujian. Inilah masa-masa itu, walaupun sangat jauh bandingannya dibandingkan cobaan yang pernah menimpa para pendahulu kita yang benar dalam imannya, “...Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "kapankah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”
Ya Allah, Jauh sekali masih!
Ikhwah fillah, Kita masih punya 5 hari lagi. Sangat mudah bukan bagi Allah untuk membuat segalanya terjadi. Bukankah tidak ada yang mustahil bagi-Nya? Tapi tentu itu tidak serta merta muncul tiba-tiba bukan? Mungkin masa-masa ini kita hanya perlu berusaha ‘sedikit’ lebih keras. Mencurahkan usaha ‘sedikit’ lebih banyak. Dan memusatkan perhatian kita ‘sedikit’ lebih ekstra lagi. Lalu pada akhirnya bertawakkal, memasrahkan segalanya pada-Nya. Kita tidak pernah tahu lewat apa dan bagaimana Allah akan membuka pintu-pintu pertolongannya buka? Yang jelas, kita hanya perlu mengusahakan sebab-sebabnya. Mari kita sempurnakan ikhtiar kita, dan biarkan Allah yang menggenapkan ketentuan-Nya untuk kita! Insya Allah..
Ya Allah, Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.
Ya Allah, kami memohon kepada-Mu yang terbaik dari sisi-Mu.. Aamiin