Rabu, 27 Januari 2016

Gak Ujug-Ujug (Sebuah Tinjauan Mengenai LGBT)


~ “Maka pernahkah kau lihat orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya (sesudah sampai ilmu kepadanya), Allah kunci mati pendengaran dan hatinya dan Allah letakkan tutupan pada penglihatannya? Maka siapakah yang dapat memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” [Q.S Al-Jatsiyah: 23]~

Medsos kita belakangan ini diramaikan kembali dengan isu seputar ‘gay’, atau lebih lazim diganti dengan istilah ‘LGBT’. Para liberalis yang mengaku-ngaku pembela HAM pun ikut-ikutan bersuara, menuntut dilegalkannya pernikahan sejenis di Indonesia. Mereka berkiblat pada negara-negara yang telah melegalkan same sex marriage. Kalau disana bisa, kenapa Indonesia tidak ngikut saja.

Yang tak kalah menarik, tak begitu mengherankan memang, Amerika yang dua dekade sebelumnya sangat tertutup terhadap isu-isu gay dan lesbian, pada 4 Juli 2015 lalu berbalik 180 derajat, menjadi salah satu penjamin keberlangsungan nafsu kaum gay dan lesbian ini. Fenomena ini tidak terjadi serta merta begitu saja, gak ujug-ujug berubah. Ada skenario dan proses yang tergarap di belakangnya dengan cerdas, culas.

Dibutuhkan fakta untuk meyakinkan masyarakat, untuk mengubah kultur masyarakat. Dan yups, saat ini fakta bisa dengan mudah dibuat, bisa direkayasa, dan sangat bisa diciptakan. (Tentu, di dalam islam cara seperti ini tidak diaminkan). Nah, para liberalis ini sadar bahwa mereka harus membuat fakta. Mereka berdiri dibalik slogan-slogan HAM untuk memuluskan kepentingan mereka. Mula-mula, mereka menyebarkan pengaruhnya melalui tayangan televisi, media massa, dan games. Lalu, sedikit demi sedikit mereka mulai berani menampakkan diri. Salah satunya, Tim Cook, CEO-nya Apple, yang dengan bangganya menyatakan dirinya seorang gay, diikuti New York Times yang dengan ‘istiqomah’ mengekspose pernikahan sesama jenis (same sex marriage). Dan ini terus mereka jalankan dengan stuktur yang rapi dan sistematis. Hingga lambat laun, gay dan lesbian dianggap sebagai kelompok yang wajar ada dalam masyarakat. Inilah sebenarnya yang terjadi di banyak negara yang sudah melegalkan pernikahan sejenis. Ini pula lah yang ingin dicapai para penggiat LGBT di Indonesia. Wal iyadzu billah.

Dan yang lebih parah lagi, para liberalis sengaja membuat seolah-olah penganut agama itu kolot, dan sekali lagi, dengan berlandaskan hak asasi manusia, solah-seolah siapapun orangnya, kiranya belum afdhal, belum dianggap bijak, jika belum mencampakkan agama.  Pengaku cerdik cendekia itu mengklaim sudah tidak zamannya lagi berbicara berdasarkan teks-teks agama, itu tidak modern. Hanya mereka yang sudah mampu berbicara tanpa sertakan islam lah yang dikatakan kaum cendekia, selain itu tidak.  Fobia terhadap islam sengaja diciptakan dan dipelihara. Kebebasan semu yang tak jelas asasnya digaung-gaungkan. Dan itu semua katanya atas dasar toleransi, toleransi yang terlalu dipaksa-paksakan.

Seolah nasihat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu terngiang kembali di telinga, “Kebaikan yang tidak terstruktur kan tergilas oleh kemungkaran yang sistematis.” Dan seolah pula, oleh karenanya Allah ingatkan kita agar meneguhkan barisan dalam dakwah, agar tidak terjadi kekacauan di bumi akibat ulah mereka, “Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi penanggung sebagian lain. Jika kamu (muslimin) tidak melakukan diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.” [Q.S Al-Anfal: 73]. Alhasil, jika benteng iman yang kokoh tidak dibangun, hujjah dan alasan yang kuat tidak disiapkan, pasal dan aturan tegas tidak dirumuskan, dan media massa tidak dikontrol sejak dini, tidak menutup kemungkinan perilaku kaum Luth ini, suatu saat akan dianggap wajar oleh generasi mendatang. Wal iyadzu billah.

~~~~~~~~~~~~~~~

Dalam islam, semua hal telah Allah atur dengan penuh keelokan, anggun, dan sempurna. Telah tegas dan jelas pula, larangan untuk berbuat liwath, yang merujuk pada amalan kaum luth, yaitu berhubungan seks dengan sesama jenis. Allah menyebut pelaku liwath (LGBT) ini dengan sebutan ‘aaduun, orang yang kelewat batas. Akibat laku-laku mereka yang menyalahi aturan Allah. Perhatikan ayat berikut, “Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki diantara manusia, dan kamu campakkan istri-istri yang Rabb-mu jadikan untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang kelewat batas." [Q.S Asy-Su’ara`: 165-166].

Allah juga menyebut kaum luth dengan sebutan ‘qoumun tajhaluun’, kaum yang pandir, bodoh. Akibat tidak mengenal hak Allah atas mereka, dan bermaksiat kepada rasul. Perhatikan ayat berikut, "Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang pandir". [Q.S An-Naml: 55].

Allah juga menyebut kaum luth dengan sebutan yang ‘tak berakal’ secara implisit,  karena walaupun sudah ditawarkan kepada mereka puteri-puteri Luth alaihissalam yang suci untuk dinikahi, mereka tetap menolak. “Dan datanglah kepadanya (Luth alaihissalam) kaumnya dengan bersigegas. Dan sejak dahulu, mereka selalu mengerjakan laku-laku keji. Luth berkata: "Hai kaumku, inilah para puteriku, mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan jangan kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tiadakah diantaramu seorang yang berakal?" [Q.S Hud: 78].

Perbuatan liwath (LGBT) dalam islam termasuk salah satu dosa besar. Imam Adz-Dzahabi rahimahullah memasukkannya dalam urutan dosa besar ke-11 dalam Al-Kabaair nya. Nah, ada sesuatu yang cukup menarik untuk kita jadikan perhatian, terutama para lelaki agar tidak terjebak pada perbuatan liwath, wal iyadzu billah.

Para ulama’ ternyata melarang keras seeorang untuk memandangi, dan berduaan dengan pemuda amrad. Siapakah gerangan pemuda amrad? Mereka adalah pemuda yang belum tumbuh kumis, cambang, dan jenggotnya. Lalu, mengapakah begitu? “Diantara para pemuda amrad itu,” kata imam Adz-Dzahabi, “..ada yang ketampananannya jauh melebihi kecantikan seorang wanita. Maka fitnahnya pun lebih besar, bersebab ada kejahatan yang bisa dilakukan dengannya yang tidak bisa dilakukan kepada wanita. Juga, ada kejahatan yang lebih mudah dilakukan berhubungan dengannya dibandingkan berhubungan dengan wanita.”

Dalam keseharian pun, kita akan lebih mudak tertarik berhubungan dan berinteraksi dengan laki-laki berpenampilan menarik, berparas menawan, berkulit bening, rambut tersisir rapi, dengan harum-haruman dan wewangian tercium darinya, dan seterusnya. Ini dari sudut padang laki-laki lho ya, Hehe.. Apalagi dari penilaian dan sudut pandang seorang wanita. Lebih menarik lagi tentunya! Hehe..

Oleh karenanya, sebagian tabi’in sampai mengatakan, “Tiada yang lebih kukhawatirkan pada seorang pemuda ahli ibadah, termasuk binatang buas sekalipun, selain pemuda ‘amrad yang mendatanginya.” Hal ini disebabkan fitnahnya yang jauh lebih besar daripada wanita.

Dikisahkan, suatu waktu, Sufyan ats-Tsauri masuk ke pemandian umum. Tetiba saja, masuklah seorang anak berwajah tampan. Sufyan lalu berkata, “Keluarkan ia dari sini. Sungguh, aku melihat bersama setiap wanita itu ada satu setan, namun aku lihat bersama setiap pemuda tampan itu ada belasan setan.”

Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah, yang terkenal dengan keshalihannya, pernah didatangi seorang lelaki, dan bersamanya ada seorang pemuda tampan. Melihat hal itu, Imam Ahmad bertanya, “Apa hubunganmu dengannya?” “Ia keponakan saya”, lalu kata beliau, “Lain kali, jangan kesini bersamanya, juga jangan berjalan di muka umum bersamanya supaya orang yang tidak mengenalmu atau mengenal dirinya tidak berprasangka buruk kepadamu!”

Itulah nasihat yang diberikan oleh para pendahulu kita yang sholih, khususnya bagi kaum lelaki. Ya, hati-hati dengan pemuda amrad, karena sekali lagi, terkadang fitnah mereka jauh lebih besar daripada seorang wanita. Tentu, bukan berarti kemudian dibolehkan berkhalwat, berduaan, dengan wanita yang bukan mahrom, Bukan, bukan.. karena tentu saja fitnahnya juga sangat besar. Wal iyadzu billah, kita bermohon perlindungan kepada Allah.

Memang, nafsu syahwat selalu mengajak kepada perbuatan tercela. Tapi bersabar menahan nafsu itulah yang lebih utama. Dalam islam, zina dan liwath termasuk dosa besar.  Dan Allah berikan jaminan yang sangat menentramkan ketika kita mampu menjauh darinya, “Jika kamu jauhi dosa-dosa besar yang terlarang bagimu melakukannya, niscaya Kami hapuskan dosa-dosamu yang kecil, dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” [Q.S An-Nisa’: 31]. Jadi, Allah berikan penegasan, jika kita jauhi dosa-dosa besar, Allah akan tutupi dan hapuskan kesalahan-kesalahan kita. Alangkah nikmatnya!

Terakhir, supaya tidak terperosok ke dalam perbuatan liwath ini, maka sudah merupakan suatu keniscayaan bagi kita untuk terus belajar, berkumpul bersama dan mengais ilmu dari para shalihin shalihat,  Ada satu nasihat baik dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu yang patut kita renungi, “Jadilah kau ‘Alim (orang yang berilmu), atau muta’allim (orang yang belajar), atau mustami’ (orang yang mendengarkan ilmu), atau muhibb (orang yang mencintai ilmu), dan jangan menjadi orang kelima, sehingga kau celaka.” Wallahu A'lam bish Shawab.

"Lan tashluha haadzihil ummah illa bimaa sholuha bihii awwaluhaa" 'Generasi akhir ummat ini tidak akan menjadi baik, melainkan dengan mengikuti konsep dan metode yang menjadikan ummat terdahulu baik.'  [Imam Malik bin Anas rahimahullah]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar